Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Belajar dari Bunga Keladi

12 Januari 2021   14:58 Diperbarui: 13 Januari 2021   13:42 3546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bunga keladi (dokumen pribadi) 

Jika Anda memiliki keladi yang kondisinya demikian, ini merupakan sebuah pertanda bahwa Anda harus lekas menambah perhatian padanya supaya ia dapat kembali tumbuh dengan baik sehingga mampu memikat siapa saja yang memandang keindahan daunnya. 

Dan dari pengalaman saya saat mencoba membandingkan kondisi keladi yang saya tanam pada media pot kecil dan yang saya tanam langsung di atas permukaan tanah, ternyata hasilnya sungguh jauh berbeda. 

Keladi yang saya tanam pada pot itu hanya segitu saja pertumbuhan ukurannya, sementara yang saya tanam secara liar di tanah, pertumbuhan daunnya bisa lebih "meraksasa".

Dari perbandingan ini, kiranya kita dapat mengambil sebuah pelajaran yang tersirat bahwa makhluk yang hidup secara liar dan lebih bebas mengekspresikan diri cenderung bisa hidup lebih makmur ketimbang mereka yang hidup pada tempat tertentu yang penuh dengan ikatan dan keterbatasan.

Berikutnya, ketika saya memelihara dan mengamati keladi ini, saya menjadi lebih paham bahwa ia ternyata juga merupakan sejenis tanaman yang tahan hidup, sehingga sangat direkomendasikan untuk para penghobi bunga yang masih pemula. 

Dengan perawatannya yang relatif lebih gampang ketimbang bunga lain, menjadikan siapa saja tak perlu khawatir karena harus memberi perhatian khusus pada tanaman ini. Sebab, asal disiram air secukupnya dan menjaga tanah habitatnya supaya tidak sampai kering saja, besar kemungkinan tanaman yang memiliki ragam corak warna ini akan hidup subur dengan sendirinya. 

Untuk soal hama tanaman pun tak perlu risau. Lantaran dari pengalaman saya selama hampir lima tahun merawat bunga ini, tak pernah sekalipun ia diserang oleh para pengganggu itu. Siput, belalang, ulat, cabuk seakan nggak doyan dengan rasanya. Entah kenapa. 

Justru yang kadang jadi masalah adalah diri saya sendiri yang terkadang lupa untuk menyiraminya, khususnya pada saat musim kemarau. Akibatnya, beberapa daunnya pun lekas menjadi layu.

Begitu saya ingat kelalaian saya ini, biasanya segera saya tebus kekhilafan ini dengan menggelontori tanaman ini dengan air hampir di setiap pagi hari, sehingga beberapa hari kemudian ia pun lekas menampakkan dedaunan mudanya lagi. 

Dengan keadaannya yang begitu tahan ini, saya seakan diberi pelajaran olehnya bahwa sepatutnya kita juga menjadi sosok yang kuat bertahan dalam menghadapi pelbagai ujian kehidupan. 

Daun semangat boleh saja layu oleh keadaan dan waktu, akan tetapi kita harus lekas menampakkan trubus semangat yang baru demi terus melangsungkan kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun