Kematian menemuiku
ketika secangkir kopi pekat dan kental disajikan
saat itu musim kemarau panjang sedang menggila
hingga dinding gedung berkeringat deras
ia menepuk bahuku,
lalu duduk di sampingku,
"Apa kabar, Teman?" katanya.
aku meliriknya--sebentar saja dengan ujung mataku
tetap asyik mencoret-coret kertas
tanpa kata dan tanpa gambar: abstrak!
"Apa kabar, Teman?" sekali lagi tanyanya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!