Ku tunggu-tunggu dering telpon tak juga berbunyi, hari-hari ini kerjaanku hanya mondar-mandir dengan hati bimbang. Duduk sebentar di ruang tengah, lima menit kemudian nongkrong di ruang makan.
Entah kursinya yang panas, atau hatiku yang lagi sangat cemas. Menunggu itu memang menjemukan,apalagi bila yang di tunggu adalah panggilan telpon dari presiden, rasanya antara dag dig dug bercampur dar der dor.
Apalagi kemarin ramai di beritakan pertemuan pak Prabowo dengan pak Surya paloh, jantung ini rasanya mau copot. Mau ngapain mereka ketemuan? Mau membicarakan pembagian kursi di kabinet mendatang?
Aduh biyung, jangan sampai betul-betul kejadian. Gerindra kebagian jatah menteri, lah aku kebagian apa? Logikaku mencerna, makin banyak orang yang masuk ke acara pesta, pembagian kue pasti semakin sedikit. Apalagi kue nasional, masak sih mereka mau gratisan?
Coba kamu bayangkan saudaraku, aku sudah berpanas-panasan ketika kampanye pilpres dulu, keluar masuk gang dengan bekal ongkos dari kantung sendiri, mengajak semua orang yang ku jumpai untuk mantap memilih Jokowi. Dan hasilnya? Jokowi menang! Itu ada keringatku di dalam memperjuangkanya.
Lah sekarang tiba-tiba ada kabar musuh bebuyutan malah mau masuk kabinet mendatang,apa nggak jantungan aku ini? Coba kamu-kamu yang merasakan,sakitnya itu disini,di kantong dan di hati.
Apakah ada namaku di daftar kabinet Jokowi? Aduh, rasanya gimana ini hati kalau ada yang menyinggung-nyinggung masalah itu. Mbok ya jangan pedas-pedas kalau mau "nyabein"aku. Hampir nggak kuat aku menunggu sesuatu yang hampir-hampir terlihat semu.
Doa kan ya, agar aku tetap bisa masuk di kabinetnya Jokowi di periode mendatang, tak jadi Menko pun tak apa-apa.asal jadi menteri keuangan atau menteri pertahanan.
Haaaa....mereka mengincar posisi itu juga? Mampus aku kalau begitu. Tapi mbok ya kamu itu jangan nakut-nakuti aku, nanti kumat encoku bagaimana?
Aku iki sopo?