Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pilpres 2024

27 Mei 2019   10:52 Diperbarui: 27 Mei 2019   11:07 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar dari kekalahan tuan Murad dalam pilpres kemarin, aku mulai mempersiapkan segala sesuatunya dengan hati hati dan secermat mungkin.ku kira kesalahan terbesar tuan Murad hingga kalah dalam pemilihan kemarin,karena orang orang di sekelilingnya hanya memikirkan dirinya sendiri.

Aku harus bisa belajar dari kekalahanya,maka mulai kini aku akan menseleksi secara ketat orang orang yang akan membantuku di pilpres 2024 nanti

mbok Sauzah

Sebenarnya aku agak tidak tega bila harus mencurigainya,puluhan tahun mengabdi pada keluargaku,rasa rasanya tidak pernah melakukan kesalahan berarti.paling paling memecahkan gelas atau piring,dan itu tidak masalah bagiku

Tapi ini menyangkut politik,pilpres lagi.wajah lugunya bisa saja di manfaatkan lawan politik untuk menghancurkanku.kalau mencampur racun kedalam makananku rasanya tidak mungkin,tapi bagaimana kalau  makananku dosis garamnya di tambah terus,mbok Sauzah tahu aku punya penyakit darah tinggi.garam bisa memancing darah tinggiku kumat,bagaiman seandainya dalam kampanye nanti aku gebrak gebrak meja,hancur reputasisiku.

kang Parman

ini supir pribadiku.seumuran dengan mbok Sauzah, kang Parman memang supir jempolan.pernah terlibat balap mobil di Sentul,(walaupun hanya tukang sapu),membuat pengalaman dan keahlianya mengemudikan kendaraan tidak perlu di ragukan lagi

Tapi lagi lagi urusan politik mesti hati hati.sering ku tonton film film barat tentang konsfirasi,dan kang Parman bisa saja jadi bagian dari konsfirasi politik untuk menjatuhkanku

'Den,ada tamu di depan.pak Cokro dan temanya ingin bertemu"

Ah,seketika buyar semua lamunanku.suara mbok Sauzah bagaikan air es mengguyur kepalaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun