CATATAN TENTANG BUKU PROSES KREATIFÂ
_______
Buku ini bagus. Iya, buku editan Pamusuk Eneste yang satu ini, berjudul Proses Kreatif. Kalau anda adalah pegiat fikih sejati, tentu gak akan melewatkan membaca Thabaqat Fiqhiyah. Seperti halnya jika penggemar dunia tasawuf, gak akan melewatkan buku-buku Thabaqat Sufiyah.
Maka mereka yang berkecimpung dalam proses kreatif, saya kira jangan melewatkan buku ini. Buku ini ada empat jilid sebenarnya.
Jilid pertama buku ini merekam proses kreatif banyak penulis besar Indonesia. Saya gak menyebutkan semua. Ada Pramoedya Ananta Toer, Sapardi Djoko Damono, Umar Kayam, Danarto, hingga Abdul Hadi WM.
Kalau kemarin saya susah-susah mencari dan menggali proses kreatif seorang penulis senior yang saya kagumi berdasarkan opini orang tentang mereka, maka lewat buku ini saya bisa menemukan bagaimana cara mereka menulis dari lisan mereka sendiri.
Menulis karya fiksi tidak bisa diajarkan, tapi bisa dipelajari. Karena itulah tiap sastrawan memiliki kekhasan dalam proses kreatifnya. Dan ciri khas itulah yang patut kita contoh. Sebab belajarlah untuk terus menulis sampai memiliki karakter dan ciri khas yang nyaman. Istilahnya adalah proses pencarian jati diri.
Membaca buku seperti ini lebih bermanfaat bagi saya, daripada sekedar ikut pelatihan kepenulisan, seminar, atau bahkan kursus menulis dan kelas menulis. Yang penting itu adalah aksi, bukan semata-mata tahu teori.
***
Seperti kata Pramoedya, proses kreatif adalah pengalaman pribadi yang sifatnya sangat personal. Dan biasanya, rahasia setiap pengarang akan berbeda. Mereka memiliki cerita masing-masing. Dan kita gak akan tahu itu, sampai mendengar langsung dari penuturan mereka. Kita tahu, ada orang yang ingin menjadikan dapur penggarapan karya sebagai privasi mutlak, yang tak bisa diganggu.
Tapi demikian dermawan beberapa penulis mau bercerita. Pramoedya misalnya, bercerita saat masih berusia belia. Sekitar 23 tahun, dan mulai mengawali proses kerja kreatif di tengah "keputusasaan", sampai berpikir hampir mengakhiri hidup.