Mohon tunggu...
Pasha
Pasha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka hal-hal seputar linguistik, budaya, dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hubungan dan Relativitas Bahasa dan Budaya

23 Maret 2024   10:06 Diperbarui: 23 Maret 2024   10:18 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

HUBUNGAN BAHASA DAN BUDAYA

Bahasa dan budaya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, karena saling berpengaruh. Menurut Koentjaraningrat (1992:15) bahwa bahasa   bagian  dari  kebudayaan. Hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan subordinatif, suatu bahasa  berada  di  bawah  lingkup  kebudayaan. Penggunaan bahasa dapat diketahui bahwa ada hubungan antara struktur sosial dan cara masyarakat dalam menggunakan bahasa tersebut yang dapat mengarah pada pembentukan perilaku linguistik tersebut. Bahasa dapat juga diwujudkan sebagai refleksi diri, artinya bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat adalah suatu refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut. Hubungan bahasa dengan kebudayaan secara garis besar terdapat dua kategori, yaitu yang bersifat subordinatif, di mana bahasa di bawah lingkup kebudayaan, dan hubungan yang bersifat koordinatif, yakni hubungan yang sederajat dengan kedudukannya yang sama tinggi.

Kebanyakan ahli mengatakan bahwa kebudayaan menjadi mainsystem, sedangkan bahasa hanya merupakan subsystem (seperti yang sudah  dibicarakan mengenai   hakikat   kebudayaan   di   atas),   tidak   ada   atau belum ada yang mengatakan sebaliknya. Berkaitan  dengan hubungan  yang  bersifat koordinatif antara  bahasa  dengan kebudayaan,  Masinambouw  (1985)  menyebutkan  bahwa  bahasa  dan  kebudayaan merupakan  dua  sistem  yang  “melekat”  pada  manusia  karena  kebudayaan merupakan  sistem  yang  mengatur  interaksi  manusia,  sedangkan  bahasa merupakan  sistem  yang  berfungsi  sebagai  sarana  keberlangsungan sarana itu.

Ada beberapa teori mengenai hubungan bahasa dengan kebudayaan. Secara garis besar, teori-teori   tersebut   dapat   dikelompokkan   menjadi   dua   kategori,   yaitu menyatakan  hubungan  yang  bersifat subordinatif, di  mana  bahasa  di  bawah lingkup  kebudayaan,  dan  hubungan  yang  bersifat koordinatif,  yakni  hubungan yang sederajat dengan kedudukannya yang sama tinggi.

  • Hubungan Koordinatif

Ada dua fenomena menarik  di dalam hubungan yang bersifat koordinatif ini. Pertama, ada yang mengatakan hubungan tersebut terikat erat seperti sekeping mata  uang logam:  sisi  yang  satu  adalah  sistem  kebahasaan  dan  sisi  yang  lain adalah sistem kebudayaan (Silzer: 1990 dalam Chaer, 1995:218). bahwa  kebahasaan  dan kebudayaan  merupakan  dua  fenomena  yang  berbeda  tetapi  hubungannya sangat erat. Kedua, adanya hipotesis yang sangat kontroversial, yaitu hipotesis dari  dua  pakar  linguistik  ternama,  Edward  Sapir  dan  Benjamin  Lee  Whorf. Hipotesis ini  terkenal  dengan  nama hipotesis  Sapir-Whorf,  yang lazim disebut relativitas bahasa.

Dalam   hipotesisnya   dikemukakan,   bahwa bahasa  bukan  hanya  menentukan  corak  budaya,  tetapi  juga  menentukan  cara dan   jalan   pikiran   manusia.   Oleh   karena   itu,   mempengaruhi   pula   tindak lakunya. Sapir mengatakan   adanya   hubungan   yang   erat   antara   bahasa   dengan kebudayaan  serta  menekankan  bahwa  bahasa  dan  kebudayaan  tidak  dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain, sehingga seseorang tidak dapat memahami   yang satu tanpa   mengetahui   yang   lain.   Whorf, murid   Sapir, memperluas   ide   tersebut.   Dia   bukan   hanya   mengatakan   adanya   suatu pengaruh, melainkan hubungan antara bahasa dengan kebudayaan merupakan suatu  yang  determinatif.  Penutur  bahasa  yang  berbeda-beda,  menurut  Whorf, akan   memandang   dunia   secara   berbeda   sepanjang   bahasa   yang   mereka pergunakan berbeda secara struktural.

  • Hubungan Subordinatif
  • Beberapa hal yang dapat diklasifikasikan pada pola hubungan ini antara lain sebagai berikut.
  • Hubungan  bahasa  dengan  kebudayaan  yang  berkaitan  dengan  perubahan bahasa  yang  diakibatkan  perubahan  budaya.  Hal  ini  lebih menonjol  pada aspek  morfologis daripada  aspek-aspek  linguistik  yang  lain.
  • Tunduknya tindak komunikasi pada norma-norma kebudayaan.
  • Tata cara  berbahasa  harus  sesuai  dengan  norma-norma yang  hidup  dalam masyarakat,  tempat  hidup  dan  dipergunakannya  bahasa  tersebut.
  • Hubungan    langsung    yang    menyatakan    bahwa    Bahasa    adalah    hasil kebudayaan  (Levi-Strauss,1963  dalam  Sibarani,  1992:104).  Bahasa  yang diucapkan   atau   dipergunakan   oleh   suatu   kelompok   masyarakat  adalah suatu  refleksi  atau  cerminan  keseluruhan  kebudayaan  masyarakat  tersebut.

RELATIVITAS BAHASA DAN RELATIVITAS BUDAYA

Masinambouw  (1985)  menyebutkan  bahwa  bahasa  dan  kebudayaan merupakan  dua  sistem  yang  “melekat”  pada manusia  karena  kebudayaan merupakan  sistem  yang  mengatur  interaksi  manusia,  sedangkan  bahasa  atau kebudayaan  merupakan  sistem  yang  berfungsi  sebagai  sarana  keberlangsungan sarana itu. Ada juga yang mengatakan hubungan tersebut terikat erat seperti sekeping mata  uang  logam:  sisi  yang  satu  adalah  sistem  kebahasaan  dan  sisi  yang  lain adalah sistem kebudayaan (Silzer: 1990 dalam Chaer, 1995:218). Jadi, pendapat ini  sejalan  dengan  konsep  Masinambouw  diatas,  bahwa  kebahasaan  dan kebudayaan  merupakan  dua  fenomena  yang  berbeda  tetapi  hubungannya sangat erat.

Hipotesis yang sangat kontroversial, yaitu hipotesis dari  dua  pakar  linguistik  ternama,  Edward  Sapir  dan  Benjamin  Lee  Whorf. Hipotesis ini  terkenal  dengan  nama hipotesis  Sapir-Whorf,  yang lazim  disebut relativitas bahasa.

Setiap   pembicaraan   tentang   bahasa   dan  budaya   atau   bahasa   dan   pola pikir hampir selalu dikaitkan dengan hipotesis  Sapir-Whorf (HSW). Sapir   berpandangan,   bahwa   bahasa   merupakan   sebuah   kemampuan   yang diwarisi  secara  kultural,  bukan  secara  biologis.  Ketika  suatu  hal  diwarisi secara kultural,  maka  dapat  dikatakan  bahwa  hal  tersebut tentu  melibatkan  interaksi sosial  sebagai  salah  satu  elemen  utama  dalam  sebuah  sistem  kebudayaan.  

Nampak jelas adanya hubungan timbal balik antara relativitas budaya dan relativitas bahasa.  dengan menunjukkan pengaruh timbal-balik antara bahasa, pola-pikir, dan budaya. juga didasarkan pada pemikiran Sapir  (1921: 207), yang menyatakan "language does not exist apart from culture, that is, from the socially inherited assemblage of practices and beliefs that determines the texture of lives" (bahasa tak terpisahkan dari budaya, yang merupakan warisan sosial berwujud paduan tindakan dan kepercayaan yang menentukan tekstur kehidupan kita).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun