Mohon tunggu...
Sam Kamuh
Sam Kamuh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Editor

Live your life with good thoughts, good words, good deeds.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Airmata

26 Agustus 2019   01:04 Diperbarui: 26 Agustus 2019   02:55 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada tiga jenis air mata.  Pertama, air mata untuk menjaga kornea agar tetap basah dan berfungsi dengan baik.  Kedua, air mata yang secara refleks  menyapu partikel asing atau uap yang mudah membuat mata pedih (uap bawang).  Ketiga, air mata tangisan yang disebabkan oleh tekanan emosi, kemarahan, penderitaan, duka, atau sakit fisik yang parah.  Setiap jenis air mata memiliki susunan kimia yang berbeda yang dapat membawa pesan kepada orang lain.

Apakah mata Anda pernah kemasukan  serbuk kayu?  Anda akan  mengejabkan mata berulang-ulang dan ketika itu  air mata akan datang secara refleks dan membantu menghilangkan iritasi.  Air mata tidak hanya melumasi mata Anda sehingga Anda dapat melihat lebih jelas, air mata membantu menjaga permukaan kornea Anda bersih setiap kali Anda berkedip.  Pada kondisi 'melawan' atau 'lari' dari situasi gawat yang intens, Anda akan menghasilkan lebih banyak air mata.  Air mata datang kepada orang-orang di bawah tekanan emosional yang dalam seperti kemarahan atau kesedihan.

Susunan kimia air mata berbeda.  Air mata emosional sebenarnya mengandung lebih banyak hormon berbasis protein.  Beberapa di antaranya mengandung obat penghilang rasa sakit alami.  Tetapi tidak semua air mata emosional asli. 

Misalnya pada tampilan kesedihan yang tidak tulus atau penyesalan yang tidak jujur yang disebut sebagai "air mata buaya." Sebuah anekdot Yunani kuno menyatakan bahwa buaya akan berpura-pura menangis sambil memikat mangsanya.  Pada umumnya orang menerima bila melihat air mata pada wanita dan anak-anak, tetapi tidak untuk kaum pria, apalagi di depan umum.

Daud menulis Mazmur 42 karena kesedihan yang dalam.  Dia merindukan kehadiran Tuhan.  Dia merasa sendirian dan dilupakan oleh Tuhan.  Musuh mengelilinginya. Daud ingin berada di bait suci di mana dia dapat menyembah Tuhan.  Dari rasa sakit ini dia menangis, "Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang
melihat Allah?" (Mazmur 42: 3).

Daud tidak menahan air matanya.  Tampilan kesedihannya yang tulus, tumpah saat dia menangis dalam doa.  Kita juga dapat datang ke hadapan Tuhan dengan duka dan kepedihan kita.  Kita juga bisa tahu bahwa Tuhan melihat luka kita dan merasakan kesedihan kita.  Seperti Daud, kita dapat menemukan harapan kepada Allah ketika kita bersujud dalam kesedihan dan meneteskan air mata.

Ayat renungan:
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku,
dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya,
penolongku dan Allahku
Mazmur 42:11

Doug Batchelor

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun