Sabtu, 5 Juli 2025 - Pengabdian kepada Masyarakat merupakan salah satu bentuk pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup kegiatan penyebarluasan, penerapan, dan/atau sosialisasi hasil-hasil penelitian kepada masyarakat, yang dilaksanakan oleh dosen atau tim dosen. Kegiatan ini dikenal dengan sebutan Program Doktor Mengabdi (DM), yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya. Â
LPPM Universitas Brawijaya akan membentuk tim pengelola program DM dengan tanggung jawab yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan juga evaluasi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan. Tim pengelola program DM ini terdiri atas dua tim, yakni tim dosen dan juga tim mahasiswa. Tim dosen merupakan sejumlah dosen dari berbagai program studi dan fakultas di lingkungan Universitas Brawijaya yang berstatus aktif dan mendapatkan pendanaan hibah pengabdian kepada masyarakat melalui program DM. Kolaborasi kegiatan Doktor Mengabdi dengan pihak Taman Nasional Meru Betiri ini diketuai oleh Ibu Dr. Fitria Dina Riana, SP, MP dari Fakultas Pertanian yang dibantu oleh Tim Universitas Brawijaya. Tim ini terdiri atas Ibu Rini Yulianingsih, STP, MT, PhD dari Fakultas Teknologi Pertanian, Â Ibu Devi Farah Azizah, MAB dari Fakultas Ilmu Administrasi, serta Ibu Laila Masruro Pimada, S.E., M.SEI. dari Fakultas Ekonomi & Bisnis. Â Adapun tim mahasiswa terdiri atas 8 orang yang ditugaskan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat di Desa Sanenrejo.
Melalui program Doktor Mengabdi (DM) Universitas Brawijaya (UB), tim dosen lintas fakultas hadir memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat untuk mengembangkan produk olahan kacang mete. Pelaksana program inovasi ini adalah Kamila Shofi, mahasiswa Universitas Brawijaya yang bertanggung jawab menyampaikan materi sosialisasi dan pelatihan teknis. Kegiatan sosialisasi dan BIMTEK dilaksanakan pada 5 Juli 2025 di rumah mitra kegiatan, Ibu Juariyah, yang merupakan pelaku usaha olahan kacang mete di desa tersebut. Adapun peserta pelatihan berasal dari kelompok MPHK (Masyarakat Peduli Hutan Konservasi) Desa Sanenrejo.Â
Materi pelatihan difokuskan pada pengenalan dan praktik pembuatan inovasi produk, seperti bola coklat kacang mete, ting-ting mete, dan puding coklat mete. Meski demo masak dan kemasan hanya dilakukan pada produk puding kacang mete, namun edukasi terkait inovasi dan prinsip pelabelan mencakup seluruh produk yang diperkenalkan.Â
Selain pelatihan olahan, mitra dan peserta juga diberikan edukasi tentang pengemasan menarik, label informatif, penyimpanan produk, dan penentuan Harga Pokok Penjualan (HPP). Dalam sesi HPP, Ibu Juariyah turut serta menghitung biaya produksi pudding mete yang telah didemonstrasikan, dan hasilnya menunjukkan HPP per porsi sebesar Rp5.000, yang dinilai terjangkau sekaligus layak jual.Â
Pelatihan HPP yang telah disampaikan membuat mitra dan kelompok MPHK mengetahui bahwa kacang mete dapat dimanfaatkan mulai dari utuh hingga remahannya. Penggunaan bahan kacang mete remahan membuat HPP produk lebih murah dari penggunaan kacang mete utuhan. Hal ini dapat digunakan oleh mitra ataupun kelompok MPHK untuk mendapatkan untung dari penggunaan bahan yang sama namun dalam bentuk yang berbeda masih tetap menghasilkan produk yang memberikan keuntungan bagi penjual.Â
Program ini mendapat sambutan hangat dari mitra maupun peserta. Ibu Juariyah mengungkapkan kegembiraannya karena pelatihan ini menambah keterampilannya dalam menjalankan usaha. "Saya jadi lebih paham soal inovasi dan harga jual. Sekarang tidak cuma produksi, tapi juga tahu cara mengemas dan hitung biaya," ungkapnya. Sementara itu, peserta dari kelompok MPHK merasa terbantu karena materi yang disampaikan bersifat aplikatif dan memotivasi mereka untuk mulai berwirausaha dari potensi lokal.