"Berdasarkan data, pembiayaan bank di luar Aceh kepada pelaku usaha yang berlokasi di Aceh terus meningkat, sementara ruang FDR perbankan di Aceh masih dapat dioptimalkan," jelas Yusri.
Secara individu, kata Yusri, masing-masing bank perlu lebih mengoptimalkan kinerja fungsi intermediasi, dimana market share pembiayaan di Aceh didominasi oleh dua bank saja, BSI 49,76% dan Bank Aceh 47,53%.
Yusri juga menyampaikan kehadiran bank syariah di Aceh pasca pemberlakuan Qanun LKS sangatlah vital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh. Sehingga, perbankan diminta untuk lebih optimal melakukan penetrasi, khususnya di sektor usaha produktif yang diharapkan dapat memberikan efek multiplier lebih tinggi.
Regional CEO BSI Aceh, Wisnu Sunandar, turut meng-echo bahwa BSI mewarisi bisnis dari induknya yang merupakan Bank Himbara (Bank Mandiri, BRI dan BNI). Saat ini BSI terus mengejar pengembangan fitur dan produk agar dapat memberikan layanan terbaik sesuai kebutuhan masyarakat dan pelaku usaha, termasuk memberikan pembiayaan pada segmen Commercial dan Corporate.
"BSI juga sedang membangun gedung kantor yang akan menjadi landmark pertama di Aceh, untuk memperlihatkan kepada seluruh stakeholders bahwa iklim usaha dan investasi di Aceh, aman dan prospektif," tutur Wisnu.
Plt. Direktur Utama Bank Aceh Syariah, Bob Rinaldi menyampaikan bahwa Bank Aceh sebagai bank milik Pemerintah Aceh sesuai misinya siap mendukung dan membiayai usaha produktif di Aceh dan terus melengkapi produk perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan masyarakat.
Pelaku perbankan di Aceh juga mengharapkan adanya informasi dan sinergi dengan pemerintah Aceh terhadap arah kebijakan pembangunan Aceh, sehingga pihak perbankan akan lebih fokus untuk membiayai sektor unggulan yang telah direncanakan, termasuk informasi UMKM yang siap untuk dibiayai bank dan solusi pemasaran produk UMKM tersebut.