Mohon tunggu...
Abi Diva
Abi Diva Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amin Supriyadi: Sering Difitnah dan Dijadikan Kambing Hitam

28 Juli 2016   21:13 Diperbarui: 28 Juli 2016   21:27 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Karawang masih merupakan hamparan sawah dan sebagian lagi hanyalah dataran rawa-rawa, tidak banyak pengusaha tertarik menanamkan uangnya untuk berbisbis properti dan pusat belanja. Sulit membayangkan Telukjambe 20-30 tahun lalu. Kawasan ini masih sepi. Amin Supriyadi adalah satu dari sedikit pengusaha yang memiliki visi bahwa Karawang akan prospektif di masa yang akan datang.

Saat ini banyak raksasa properti yang melirik dan tertarik pada kemolekan Karawang. Salah satu raksasa properti itu yakni PT Agung Podomoro Land (APLN) yang dengan sangat bernafsu menjadikan kawasan Telukjambe Barat sebagai pusat industri. Celakanya, sampai sekarang Agung Podomoro tidak punya legitimasi hukum apa-apa untuk mengklaim tanah seluas 350 hektar sebagai miliknya. Sengketa tanah antara Agung Podomoro dan masyarakat setempat belum ada ujungnya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Agung Podomoro termasuk dengan menyuap aparat penegak hukum.

Dengan kekuasaan uang yang tidak terbatas, Agung Podomoro berhasil memperalat hakim dan kepolisian untuk mengeksekusi lahan dengan melibatkan lebih dari 7.000 aparat kepolisian bersenjata lengkap. Meski demikian, hingga saat ini Agung Podomoro tidak bisa membangun pusat industri karena belum memiliki bukti kepemilikan yang sah. Oleh para kaki tangan Agung Podomoro, diciptakan isu bahwa pengusaha Amin Supriyadi berada di balik para petani Karawang. Amin Supriyadi dicap sebagai calo atau mafia tanah di Karawang. Yang benar, Amin Supriyadi dekat dengan para petani dan pemilik tanah karena mereka tahu, Amin Supriyadi membayar dengan pantas, bukan menggunakan cara kekerasan, main paksa, main gusur, menghalalkan segala cara sebagaimana yang dibuat Agung Podomoro.

Selama ini Amin Supriyadi tidak pernah terlibat sengketa tanah dengan para petani dan pemilik lahan. Sebaliknya Amin Supriyadi dituduh sering menggunakan cara-cara tidak sehat, seperti mendanai beberapa LSM abal-abal untuk membuat sebuah gerakan yang berbalut perjuangan hak petani setempat yang menuntut ganti rugi karena tanah mereka akan digusur, termasuk gugatan kepada Agung Podomoro. Tuduhan tersebut tidak logis. Bukankah Agung Podomoro properti raksasa dengan uang yang tidak terbatas, bisa membayar seluruh aparat penegak hukum, membiayai eksekusi yang melibatkan ribuan aparat kepolisian hingga pengamanan di lahan sengketa selama bertahun-tahun? Bukankah dengan uang Agung Podomoro bisa mendirikan lebih banyak LSM abal-abal untuk membela kepentingan bisnisnya?

Ternyata, pada akhirnya kebenaran yang berbicara. Sampai detik ini Agung Podomoro tidak bisa membuktikan bahwa lahan yang saat ini diklaim sebagai miliknya, bahkan di atasnya sudah dibangun kantor pemasaran ternyata hanya klaim sepihak.

Amin Supriyadi Pengusaha Berjiwa Sosial

Meski terus difitnah oleh pesaing bisnisnya, terutama melalui media sosial, tapi sama sekali tidak mengurangi pamor Amin Supriyadi sebagai pengusaha berjiwa sosial. Bagi Amin Supriyadi, kehadiran sebuah perusahaan tidak saja untuk mengambil untung. Perusahaan harus memiliki nilai lebih dalam rangka pengembangan perekonomian daerah di mana perusahaan berada. Mustahil sebuah perusahaan bisa berkembang bila tanpa dibarengi pertumbuhan perekonomian masyarakat sekitar. Perusahaan harus sebisa mungkin membantu masyarakat sekitar yang mengalami kesulitan ekonomi.

Kepedulian perusahaan terhadap warga yang sedang mengalami kesulitan ekonomi seperti anak yatim tidak semata untuk memenuhi kewajiban Corporate Social responsibility (CSR), tetapi juga harus merupakan panggilan jiwa seorang pengusaha. Menurut Amin Supriyadi, kehadiran sebuah perusahaan di manapun mereka berada harus menjadi penebar cinta kasih kepada sesama yang miskin dan berkekurangan.

“Kehadiran perusahaan kami bukan hanya bisa dinilai sisi komersil. Kita harus menerapkan sistem win-win solution kepada masyarakat. Apa yang kita terima dari masyarakat, dari konusmen, kita harus juga memberi kepada orang lain," tutur Amin Supriyadi beberapa waktu lalu. Santunan kepada anak yatim hanyalah salah satu cara PT Galuh Citarum membagi kasih dan berkontribusi kepada masyarakat Karawang.

Sebagai perusahaan yang berbasis di Karawang, Amin Supriyadi bertekad akan terus mengembangkan perusahaan sejalan dengan kemajuan taraf hidup masyarakat sekitar. Karena itu, PT Galuh Citarum tidak hanya membangun rumah mewah, mall, dan hotel. PT Galuh Citarum membangun Pasar Bersih Karawang (PBK) yang juga dijadikan tempat operasi Pasar Sembako Murah bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Selain sebagai pelopor pengembang perumahan, PT Galuh Citarum ikut membantu membangun rumah sakit dan sekolah. Di dalam kompleks perumahan Galuh Mas, PT Galuh Citarum membangun sekolah Al-Azhar. Di luar perumahan, perusahaan juga membantu Pemda setempat membangun membangun kembali gedung sekolah yang sudah nyaris roboh, seperti SD Negeri Sukaluyu 3. Hanya untuk membangun kembali sekolah tersebut, PT Galuh Citarum menghabiskan dana sekitar Rp 1,2 miliar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun