Di negeri kita, sebaliknya, Partai Demokrat justru menjadikan isu “LANJUTKAN” (continuity) sebagai isu utama kampanye. Kebijakan ini tidak terlepas dari kecerdasan mesin-mesin analis politik Partai Demokrat dalam memetakan suasana psikologis politik di tingkat akar rumput (grass root), yang ternyata dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan polarisasi yang sangat tegas: perubahan atau melanjutkan penguasa incumbent.
Di antara gelombang krisis ekonomi global, jelas, rakyat lebih memilih untuk tidak melakukan perjudian dengan penguasa baru. “Saya khawatir, keadaan justru semakin buruk jika Presiden kita orang baru. Lebih aman memilih SBY, karena setidaknya tidak akan banyak perubahan kebijakan,” kata seorang warga di Cilacap kepada saya, pekan lalu. Itulah alasan ia akan memilih caleg dari Partai Demokrat.
Ternyata, suasana psikologis yang semacam itu sudah ditangkap tim sukses Partai Demokrat, yang akhirnya menjadikan isu continuity sebagai isu utama dalam kampanye publik, terutama melalui iklan di media cetak dan media elektronik.
Dengan mengusung isu itu, Partai Demokrat sangat yakin bahwa mereka akan mendulang suara lebih besar ketimbang partai lain, termasuk Golkar, dengan pertimbangan perolehan suara Demokrat dan Golkar terhubung dalam sebuah “bejana berhubungan”.