Mohon tunggu...
Panji Joko Satrio
Panji Joko Satrio Mohon Tunggu... Koki - Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Email: kali.dondong@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengapa Pemburu Harta Karun Lebih Menyukai Bangkai Kapal Tua?

5 Desember 2017   15:29 Diperbarui: 5 Desember 2017   15:54 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

BERBURU bangkai kapal perang tua merupakan perjudian penuh risiko. Baik risiko biaya (rugi) maupun nyawa. Tetapi mengapa kian banyak pelakunya?

Para pencari harta karun tak surut mengaduk-aduk laut Jawa. Kawasan yang merupakan kuburan bagi puluhan kapal perang era PD II. Terutama bangkai kapal armada Sekutu (Amerika Serikat, Inggris, dan Australia). Serta beberapa bangkai kubu musuhnya, Jerman dan Jepang.

Mencari dan mengangkat bangkai kapal adalah perjudian mahal. Butuh modal berjuta dolar, sekembalinya hanya membawa besi berkarat. Dari mana mereka dapat untung? Tetapi anehnya, "para pemulung lautan" justru kian mewabah dalam 18 bulan terakhir. Padahal, hasil penjualan logam bekas dianggap tidak sebanding dengan ongkos untuk mengeluarkannya dari dasar laut.

Lebih misterius lagi, para "pemulung" lebih menyukai bangkai kapal tua. Sedangkan bangkai kapal baru (korban kecelakaan), malah diabaikan. Mereka menyasar bangkai berumur 75 tahunan yang penuh karat dan lumut. Mengapa?

The Guardian melaporkan, bangkai sejumlah kapal perang Inggris telah dipreteli. Di antaranya HMS Exeter, HMS Encounter, dan HMS Electra. Ketiga kapal legendaris yang tenggelam di Laut Jawa tahun 1942 itu merupakan kuburan bagi 150 serdadu Royal British.

Para veteran meradang. Mereka ingin pemerintah melindungi tempat peristirahatan terakhir dari para prajurit naas itu.

HMAS Perth, yang menjadi pemakaman dari 350 tentara Australia, juga jadi korban pemretelan. Kemudian tiga kapal Belanda, HNLMS De Ruyter, Java, dan Kortenaer juga dicacah untuk diambil besinya.

Rupanya, para pemulung tertarik baja bekas yang diproduksi sebelum percobaan nuklir pertama dilakukan (1940). Baja sebelum era itu disebut "low-backgorund". Yakni logam murni yang bebas kontaminasi radiokatif.

Besi tua itu mahal harganya. Apalagi yang terendam air laut yang asin. Baja murni itu dibutuhkan untuk pembuatan perkakas yang butuh kalibrasi super-teliti. Misalnya sensor penghitung Geiger, sensor ruang, dan pencitraan medis. (***)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun