Mohon tunggu...
Panji Joko Satrio
Panji Joko Satrio Mohon Tunggu... Koki - Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Email: kali.dondong@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Benarkah Kerokan Mengakibatkan Ketagihan?

26 November 2017   13:58 Diperbarui: 13 Desember 2017   09:04 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balsem Lang (Sumber: amazon.com)

BAGI mayoritas orang Indonesia, kerokan dianggap sebagai terapi paling cespleng untuk membasmi masuk angin. Tampaknya tak ada pengobatan lain yang se-instan, se-praktis, dan semanjur kerikan.

Hanya butuh 10 menit untuk menghangatkan kembali tubuh yang kedinginan (Jawa: pating greges). Rasa capai di badan dan pening di kepala juga langsung sirna. Lebih cepat dibanding jika kita meng-order taksi atau ojek online (ojol) untuk pergi ke fasilitas kesehatan (faskel) terdekat.

Tapi amankah? Kerokan memang mujarab mengusir hawa dingin. Hanya dengan mengerik punggung menggunakan balsem dan uang receh, tubuh bugar kembali. Yang tadinya lesu dan pegal, kembali nyaman akibat sensasi rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuh.

Tidak ada istilah medis dari "masuk angin". Tetapi biasanya gejala paling menonjol adalah sergapan hawa dingin di sekujur tubuh. Seperti terkena flu, tapi acapkali lebih berat. Biasanya dipicu aktivitas yang menantang hawa dingin.

Misalnya kehujanan, tidur di lantai, bersepeda motor, atau cuaca dingin. Tapi ingat, jika hipotermia justru terjadi setelah melakukan aktivitas fisik, kita harus curiga akibat serangan jantung.

Wikipedia menyebut kerokan sebagai "traditional indonesian folk cure to help release wind". Meski sebenarnya kerokan tak hanya populer di Indonesia, tetapi di berbagai negara.


Orang Vietnam menyebutnya goh kyol. Sedangkan di Thailand disebut cao gio. Adapun masyarakat China menamainya guasha.

Metodenya relatif serupa, dengan mengerik punggung dan anggota tubuh lain yang sudah diolesi balsem atau pelumas. Banyak keluarga di Veitnam menyimpan alat khusus kerokan di rumahnya. Biasanya terbuat dari tanduk kerbau, batu giok (jade), atau kayu tertentu.

Kalau di Indonesia, cukup dengan uang receh. Sama-sama manjur, tetapi sebenarnya permukaan uang koin yang cenderung lebih kasar.

Bagaimana dengan Eropa? Masyarakat Eropa tampaknya lebih memilih minum wine, berdiang di perapian, atau mengenakan baju tebal untuk mengusir hawa dingin. Jahe, cengekih, dan rempah juga disukai meski tak sepopuler anggur.

Di balik sensasi hangat yang diciptakan, benarkah kerokan berbahaya bagi kesehatan? Mengapa kerokan menimbulkan ketagihan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun