Diponegoro sendiri dalam persepsi Keraton Yogyakarta merupakan pemberontak. Konon keturunannya sempat dilarang menginjakkan kaki ke keraton. Sebelum mendapat amnesti pada era Sri Sultan Hamengkubowo IX.
Pernik lain adalah, pembantaian dan pengusiran terhadap etnis China yang dianggap lebih berpihak kepada kolonial.
Sampai saat ini, banyak pihak yang hendak mengurangi nilai kepahlawanan Diponegoro. Yakni dengan menonjolkan sisi kelamnya.
Mereka berusaha mengurangi nilai kepahlawanan Diponegoro. Di antaranya dengan menulis dia bukan berjuang melawan penjajah melainkan mempertahankan tanah leluhurnya yang akan dilintasi proyek pembangunan jalan.
Ziarah resmi yang dilakukan Rektor Undip memiliki makna penting. Di antaranya menjernihkan nilai kepahlawanan para pejuang. (*)