Mohon tunggu...
Amalia Kairani Mardiana
Amalia Kairani Mardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis menemukan makna dan menipiskan luka

Anak muda yang hobinya santai tapi maunya memberikan dampak untuk sesama. Suka hewan berbulu kecuali Anjing dan Burung. Maunya sih produktif tanpa dibatasi, tapi apalah daya setiap manusia diberikan kebebasan yang terbatas. Dalam artian, bebas dalam lingkup yang sewajarnya saja. Masih jadi Mahasiswi di Universitas Negeri Jakarta, Prodi Ilmu Komunikasi. Lebih jauh tentang saya, ada di @kairanidiana

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kota Impian Para Siswa SMKN 50 Jakarta

9 April 2020   08:20 Diperbarui: 9 April 2020   08:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO: DOKUMENTASI PRIBADI

Pertama kalinya ketika saya pergi ke gedung pusat,ada pesan spesial dari mamah."Diana,kalau ke pusat jangan gampang percaya sama orang ya,Biar baik gimanapun,kamu belom tahu Jakarta,Jadi hati-hati yahh".Begitulah pesan yang sempat mama tuturkan untuk anak tunggal nya ini.Memang,saya jarang sekali naik kendaraan umum.destinasi saya tak lebih hanya kisaran sekolah-rumah-tempat tutor-pengajian-rumah lagi.

Dan benar saja,ketika saya baru saja sampai di Bus perhentian dekat kota,ada seorang lelaki tinggi,wajahnya agak antagonis,berjenggot tipis dan memakai jaket kecil mengikuti dari belakang. Sebenarnya,saya sudah sering mengalami ini.Mengenali wajah orang-orang licik berbalut fikiran yang picik. Lalu saya berdiri dan menghampiri.Mengucap kata tanpa basa-basi dan ya...kaku tanpa gerakan apapun.Ia berlari,menoleh ke kanan dan kiri seperti seorang yang sedang mencari.Tapi mau bagaimana lagi,berkat doa kuat yang menyertai Alhamdulillah,Allah melindungi.

Saat itu,saya masih dilindungi.Namun, bagaimana dengan teman saya yang lainnya?...

Kala itu,sekitar 1 tahun lalu ketika ada project spesial satu kelas. Kami putuskan untuk menapaki daerah kota. Dengan berbekal apa adanya dari rumah. Sekitar pukul 10.30 WIB kami sampai di depan perhentian bus Bank Indonesia.Berjalan terus.Rasanya aneh,perjalanan dari bank Indonesia,menuju lokasi kurang lebih 5 kilo meter,tapi kedua kaki ini sepertinya nyaman bertengger di bawah sana.Mungkin,karena sambil berjalan keriuhan memecah suasana,sampai ada "Bule" yang diajak berdialog namun dgn tata bahasa yang berantakan hehe.

Sampailah kami di lokasi tujuan yaitu,di Kota Tua.Disana,teman-temanku sudah memberikan aba-aba untuk menyimpan handphone dan barang berharga di ransel.Saat itu,saya sibuk memerhatikan orang lain lalu lalang.Melihat berbagai wajah dan fikirannya.Sedang mereka,teman-temanku sedang asyik berbincang sana sini sambil berjalan.

Saat kami semua sudah santai,dan ada beberapa dari kami yang sedang mengambil foto dari beberapa sudut. Tiba-tiba,telingaku pengang mendengar teriakan dan riuhan dari salah satu teman perempuan ku.
Ia menjerit mengeluhkan handphone nya tidak dapat ia temukan di dalam tas. Semuanya bingung harus berbuat apa,cemas juga khawatir menghampiri. Saya pun tak dapat melakukan apa-apa,yang saya khawatirkan adalah mengapa perjalanan ini,harus dibumbui dengan beberapa masalah "kecil".

Saat itu,yang saya fikirkan bukan handphone yang hilang ada dimana.Tapi,saya berfikir bagaimana jika nanti ia pulang,lalu orangtua nya menanyakan handphone nya,atau ia merengek dan melanjutkan tangisannya di rumah sampai terdengar para tetangga suaranya. Saya yakin,beberapa orangtua dalam kesempatan ini,ada yang memarahi bahkan memaki anaknya.Seakan menganggap kecerobohan ini murni dari anaknya saja.Karena,jarang sekali dalam situasi seperti ini,orang akan melihat dan memandang dari "Takdir atau Qadarullah".Jawabannya satu,ditutupi rasa kesal dan emosi.

Dan,akhirnya kami semua tidak jadi untuk menyelesaikan tugas disana.Setelah salah satu teman kami,berhasil menenangkan nya.Kami semua langsung bergegas pulang karena sudah sore.

Kami semua,memutuskan mengganti sistem penyelesaian tugasnya.Seperti pembagian tugas per kelompok, menentukam lokasi dll.
Ada prinsip yang sudah biasa diucapkan oleh para aktor tv yaitu "Kamu ga sendirian,kita satu keluarga,masalahmu masalah kita semua juga,jangan sedih ya".
Terharu saya dengarnya,prakiraan anak SMK umur 15-16 tahun saat itu berubah.Mereka tampil lebih bijaksana dihadapan salah satu temannya.

Mungkin ada beberapa anak SMK yang masih  terlihat seperti anak kecil.Seperti masih butuh dengan hal-hal berbau permainan atau game.Positif saja,mereka melakukan itu untuk mengusir rasa jenuh dan stres karena berbagai tuntutan dan tekanan dari berbagai pihak.Entah dari keluarga,guru,ataupun masyarakat.Tapi, sejatinya anak SMK memang dilatih baik pemahaman dan kemampuan dalam dunia nyata nanti.Jadi,soal pengalaman SMK bisa lebih unggul.

Pengetahuan juga ko,saat ini anak lulusan SMK bukan hanya berfikir setelah lulus ingin kerja di perusahaan misal PT Indo**.Mereka juga,menginginkan menjadi generasi yang unggul dan berdaya saing dengan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tujuan utamanya,bukan sekadar meningkatkan jabatan di kantor.Tapi,menjadikan generasi Millenial yang unggul,yang dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan di bidang nya.Untuk menjadikan Negara Indonesia menjadi Negara yang maju.Baik maju di bidang perekonomian nya maupun bidang-bidang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun