Mohon tunggu...
Kahfi
Kahfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat wacana sosial, politik, agama, pendidikan, dan budaya

Manusia bebas yang terus belajar dalam kondisi apapun, Jangan biarkan budaya menjiplak ditengah ekonomi yang retak.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Respon Publik, Jika Jokowi-Prabowo Menjadi Mural?

29 Agustus 2021   04:56 Diperbarui: 29 Agustus 2021   08:05 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pikiran-rakyat.com

Pandemi belum selesai ditangani oleh pemerintah, namun para pejabat publik yang memiliki latar belakang parpol sudah mulai tebar pesona dengan pemasangan baliho diberbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia guna menarik simpati dari masyarakat sebagai upaya melakukan uji ketenaran dan kelayakan menuju kursi presiden dan wakil presiden RI periode 2024-2029.

Baliho yang bermunculan sempat menimbulkan berbagai pendapat mulai dari rakyat, pejabat, hingga pengamat. Mulai dari partisipan, simpatisan, hingga membentuk deklarasi relawan.

Menjadi menarik diperbincangkan saat bersamaan munculnya pemberitaan beberapa media tentang penghapusan mural yang terjadi di kawasan Batuceper, Kota Tangerang, Banten oleh aparat. Mural tersebut menampilkan visual gambar mirip wajah Presiden Joko Widodo. Pada bagian mata, wajah itu ditimpa dengan kelir merah dan ditulis 404: Not Found.

Sehingga, selama Bulan Agustus selain persoalan Taliban yang mengambil alih pemerintahan Afghanistan setelah menduduki Ibukota, Kabul. Dalam negeri pun diramaikan dengan persoalan terkait penghapusan viral yang menarik perhatian dari masyarakat juga bertaburannya baliho-baliho partai politik.

Lantas, bagaimana sikap publik dan politisi bila yang menjadi mural adalah sosok Jokowi dan Prabowo yang kerap kali mulai nampak bersama dalam beberapa kesempatan? pertanyaan ini menjadi terlintas usai melihat perkembangan politik yang mulai menampilkan perang opini dari berbagai sumber pemberitaan baik melalui media sosial, media cetak, dan juga elektronik.

Lantaran, Partai Amanat Nasional (PAN) yang sebelumnya menjadi oposisi bersama Demokrat dan PKS telah menyerahkan diri menjadi bagian dari partai koalisi usai ikut pertemuan dalam pimpinan partai koalisi di Istana Negara. Terlepas, harapan dari para pimpinan partai koalisi dalam menyikapi bergabungnya PAN yang masuk menjadi bagian koalisi sebagai langkah mempercepat dalam penanganan covid-19.

Patut dinanti juga, apakah ini akan menjadi langkah dalam melakukan amandemen ke-5 guna memuluskan politik Jokowi-Prabowo atau pula terjadinya reshuffle kabinet yang tentu akan dinanti oleh rakyat dan pengamat yang tak merapat bersama para pejabat berpangkat.

Sebagaimana Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono yang telah menyatakan menjadi oposisi bersama rakyat dalam pidato kebangsaan yang ditayangkan melalui Youtube CSIS, Jakarta pada 23/8/2021.

"Yang tidak merah putih adalah mereka yang hanya berdiam diri, ketika tahu ada yang keliru di negeri ini atau mereka yang hanya berdiam diri, menunggu pemimpinnya berbuat salah, dan negaranya gagal,".

Selanjutnya ia menyampaikan bahwa alasan kami tersebut, sama seperti alasan yang dimiliki oleh berbagai elemen bangsa lainnya.

"Saat menyampaikan pandangan kritisnya, termasuk para insan pers dan media, para mahasiswa dan kalangan kampus, serta para aktivis dari berbagai civil society. Saya juga sangat meyakini bahwa itu juga alasan yang sama yang dimiliki oleh rakyat kita," ujar putra sulung presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun