tradisi dan budaya mengaji yang pernah mengakar perlahan mulai berganti dengan sistem pendidikan formal.Â
Sejak berkembangnya dunia teknologi serta kemajuan zaman yang kian canggih, suasanaBahkan, tak jarang menjadi sarana penghasilan dalam mengajar seorang anak mengaji (membaca dan menulis Al- Qur'an) serta mengamalkan ilmu agama. Â
Padahal bila mengenang suasana mengaji, kita akan diperlihatkan berbagai pemandangan anak-anak yang ramai berjalan menuju masjid, rumah guru ngaji, dan mushala kerap menjadi pemandangan sehari-hari yang dilakukan anak-anak saat berangkat sebelum waktu sholat Ashar atau sebelum waktu shalat Magrib tiba.Â
Terkadang, ada pula para anak laki-laki hingga menginap di masjid-masjid guna menambah pengetahuan mempelajari Al-Qur'an dengan mengkaji kitab-kitab ulama-ulama besar hingga menghatamkan kitab Al-Barzanji.
Suasana mengaji di pedesaan dan kota memang sudah banyak berubah, dahulu para guru mengaji mengajarkannya tanpa berharap mendapatkan imbalan atau mematok tarif anak-anak, tulus ikhlas.Â
Lantaran, hanya ingin menyampaikan pesan da'wah dan menanamkan jiwa keagamaan terhadap anak-anak sejak dini.Â
Hal itu menjadi motivasi dalam melakukan aktifitas guna memperbaiki akhlaq masyarakat dimasa mendatang, sehingga kegiatan mengajar itu berangkat dari keterpanggilan hati nurani dan pengabdian terhadap Allah SWT, sebagai amal jariyah.
Dari aktifitas tersebut tidak sedikit muncul anak-anak yang mahir dalam menghafal, membaca, menulis, dan melantunkan  ayat-ayat suci Al-Qur'an, Al-Hadits, serta berbagai kitab-kitab ulama besar yang tak berharakat.Â
Kebiasaan ini tentu menjadi suasana diluar lingkungan pondok pesantren yang dirindukan oleh masyarakat, sebelum teknologi digital menyerang sendi-sendi kehidupan.
Terlebih lagi, saat kondisi pandemi yang disebabkan oleh corona virus disease 2019 (covid-19) tentu menambah problem masyarakat yang rindu melihat suasana pemandangan anak-anak berangkat menuju masjid, mushala, dan rumah guru ngaji untuk mempelajari ilmu Al-Qur'an.
Namun, terlepas dengan berkembangnya teknologi yang kian cepat dan pesat, anak-anak pun diharapkan bisa menggunakan sarana teknologi untuk mempelajari ilmu keagamaan, sehingga tetap tertanam jiwa keagamaan dalam diri anak-anak sejak dini. Tidak hanya dipergunakan untuk pembelajaran formal semata, melainkan membentuk masyarakat agamis juga.