Mohon tunggu...
Kahar S. Cahyono
Kahar S. Cahyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Jika kau percaya hidup akan dinilai, kepakkan sayapmu tuk menggapai arti.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bukan Boneka, Tapi Komitment Bersama untuk Membangun Bangsa

6 Mei 2014   18:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399335715768067857

[caption id="attachment_306195" align="aligncenter" width="448" caption="Presiden KSPI Said Iqbal"][/caption]

Dalam beberapa kali kesempatan, Presiden KSPI Said Iqbal menyampaikan pernyataan ini: "Independent but not netral."

Bagi saya, kalimat ini bukan sebagai pembenaran terhadap keputusan politik KSPI. Jauh sebelum Iqbal sering mengucapkan kalimat itu, saya sudah membaca dalam tulisan  yang ia buat pada tahun 2007. Kebetulan saat ini saya menjadi editor atas tulisan-tulisan Iqbal dalam 10 tahun terakhir, yang rencananya akan diterbitkan dalam waktu dekat ini.

Dalam konteks dukungan KSPI dan Said Iqbal terhadap Prabowo Subianto, saya memaknai kalimat sebagai intisari dari gerakan pabrik ke publik yang dalam beberapa tahun belakangan ini digaungkan oleh gerakan serikat buruh. Sebuah gerakan yang menjadikan serikat buruh sebagai lokomotif gerakan sosial saat ini. Sebuah spirit yang memberikan kepercayaan diri untuk mengatakan, bahwa memang sudah saatnya buruh go politics.

Sebagai kekuatan yang independen, serikat buruh tidak boleh menjadi kepanjangan tangan dari partai politik. Ia tidak boleh menjadi underbow dari kekuatan politik mana pun. Sebaliknya, ia memiliki pilihannya sendiri untuk menentukan apa pun warna politiknya. Ketika pemilu sedang berlangsung, bisa saja serikat buruh mengkonsolidasikan anggotanya untuk mendukung capres tertentu. Pada titik ini, serikat buruh tidak boleh netral. Ia harus menentukan pilihan. Tentu pilihan yang didasarkan pada kepentingan kaum buruh dan rakyat secara keseluruhan.

Tentang kepada siapa dukungan akan diberikan, serikat buruh harus melakukannya secara independent. KSPI, misalnya, sebelum menentukan dukungan kepada Prabowo terlebih dahulu diputuskan didalam Rapat Kerja Nasional. Rapat itu memang tidak mengarah pada satu nama. Rapat itu hanya merujuk pada kriteria. Dan kemudian kita tahu, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan itu, KSPI dan Said Iqbal mengumumkan hanya Prabowo Subianto yang memenuhi kriteria itu. Disinilah independesi KSPI tetap terjaga.

Itulah sebabnya, ketika di Kompasiana muncul tulisan yang berjudul 'Prabowo Bonekanya Said Iqbal', saya merasa perlu untuk menanggapi. Tulisan ini diposting pada tanggal 2 Mei 2014 pukul 19:53 oleh pemilik akun Immortal Unbeliever (IU).

IU menulis, tempo hari gaduh sekali tentang Jokowi itu cuma bonekanya Megawati Soekarnoputri, yang mengundang seorang wakil ketum partai gerindra , fadli zon turun tangan untuk membuat puisi tentang ‘boneka’ yang semua orang paham itu mengarah ke Jokowi. Tanggal 1 mei setiap tahun yang hari buruh sedunia kemarin diperingati dalam suasana politik yang vulgar dimana capres prabowo subianto terang-terangan mendeklarasikan diri sebagai bonekanya said iqbal presiden KSPI untuk menandatangani kontrak politik yang berisi 10 tuntutan buruh....

Ada dua hal yang menarik untuk dicermati dalam kalimat diatas. Pertama, tentang Jokowi sebagai bonekanya Magawati. Kedua, tentang Probowo sebagai bonekanya Said Iqbal.

Tentang Megawati yang menjadikan Jokowi sebagai boneka, saya tidak hendak membantahnya. Toh IU juga tidak membantah hal itu.

Akan tetapi khusus pernyataan IU yang menyebut bahwa Prabowo bonekanya Said Iqbal, saya kira hal itu merupakan kekeliruan yang harus diluruskan.

Nampak jelas, IU tidak memahami persoalan.

Said Iqbal adalah pemimpin buruh. Bukan seperti Megawati yang menjadi pemimpin Partai -- yang kemudian menugaskan Jokowi sebagai Capres. Jika kemudian KSPI dan Said Iqbal memberikan dukungan kepada Prabowo, dukungan itu semata-mata untuk memenangkan kepentingan kaum buruh.

Sebagaimana disampaikan oleh Said Iqbal secara terbuka pada saat peringatan May Day, hanya Prabowo yang bersedia memberikan komitmentnya untuk menjalankan Sepuluh Tuntutan Buruh dan Rakyat (Sepultura) yang diajukan oleh KSPI. Capres yang lain tidak ada yang bersedia. Bahkan tidak pernah datang ketika diundang untuk didengar tentang visi kebangsaannya. Bahkan seorang Jokowi, meski sudah diundang tiga kali selalu menolak hadir. Capres seperti inikah yang harus didukung? Oleh karenanya sangat wajar jika kemudian KSPI dan Said Iqbal memberikan dukungan kepada Prabowo, karena hanya ia yang bersedia menjalankan Sepultura.

Dan dukungan KSPI kepada Prabowo disampaikan secara terbuka. Diketahui oleh masyarakat luas tentang gagasan apa yang akan dijalankan ketika ia terpilih nanti.

Adalah hal yang ngawur jika 10 tuntutan itu dibaca, KSPI sedang mengemis. Sepuluh tuntutan itu sejatinya adalah kewajiban pemerintah. Perintah konstitusi. Jika kemudian Prabowo berkomitment untuk menjalankan, itu artinya KSPI berhasil menjadikan politik sebagai sebuah jalan untuk memenangkan kepentingan kaum buruh.

Bandingkan dengan para pengusaha yang memberikan dukungan kepada Capres tertentu. Tanpa rakyat tahu gagasan apa yang akan mereka perbuat untuk Indonesia yang lebih baik.

Bandingkan dengan element lain yang memberikan dukungan dengan membabi buta. Tanpa ada komitment dari kedua belah pihak untuk melakukan apa.

Karena itu, saya ingin menegaskan disini, tidak ada yang menjadi boneka. Tidak ada yang ditunggangi. Sebab sejatinya dukungan yang diberikan KSPI dan Said Iqbal kepada Prabowo Subianto semata-mata lahir dari komitment bersama utuk memajukan bangsa. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun