Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Santri di Era Millenial

22 November 2021   01:39 Diperbarui: 23 November 2021   08:59 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.moeslimchoice.com%2Fread%2F2019%2F10%2F23%2F28236%2F-peran-santri-penting-bagi-masa-depan-bangsa

Anak muda saat ini adalah seorang pemimpin di masa depan. Begitulah harapan semua orang guna menjadikan bangsa dan tanah air ini menjadi lebih maju dan sejahtera. Tidak mungkin bangsa akan selalu dipimpin oleh orang-orang yang hidup di masa ini untuk memakmurkan bangsa di masa depan, karena semua akan binasa, semua akan butuh regenerasi. Maka dari situlah, pentingnya peran anak muda untuk bangsa ini.

Santri adalah anak muda yang mempunyai kesempatan besar untuk mempimpin bangsa ini. Karena dalam diri seorang santri terdapat jiwa-jiwa kepemimpinan yang tengah dibutuhkan bangsa kita sekarang. Santri mempunyai karakter seorang pemimpin sebagaimana pemimpin umat Islam pada masa kejayaan Islam dahulu.

Dahulu, kaum santri dan pondok pesantren selalu hadir disetiap langkah kebangsaan dan pembangunan bangsa. Hal itu dilakukan sejak era pergerakan, kemerdekaan hingga sampai era milenial seperti saat sekarang dan diharapkan pula santri dapat menyongsong bangsa ini menuju Indonesia Emas. Hal tersebut baru diakui oleh semua orang karena dibentuknya Kepres RI Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Hari Santri oleh Bapak Jokowi. Yang mana hal tersebut merupakan sebuah apresiasi terhadap pentingnya peran santri pada bangsa.

Santri saat ini mempunyai tugas yang sangat berat untuk melawan pelbagai masalah yang ada di negeri kita saat ini. Makin majunya tehnologi dan informasi, peran anak muda bukan hanya bersorak dan mengkibarkan bendera kebenaran mencari keadilan. Namun mereka harus bisa memperbaiki degradasi moral yang tengah terjadi di era milenial sekarang.

Pemimpin bangsa kita bukan hanya pemimpin yang sekolah tinggi, mempunyai nasab raja atau pun seorang tokoh masyarakat. Namun bangsa kita membutuhkan pemimpin yang mampu mengorientasikan pendidikan berkarakter dan masyarakat yang ber-akhalaqul karimah.

Hadirnya santri di negeri ini adalah pertanda baik, karena kriteria pemimpin yang dibutuhkan negeri kita saat ini tengah bereksistensi dalam diri santri. Banyak contoh pemimpin negeri kita yang terlahir dari seorang santri seperti Emil Dardak, Imam Nahrawi, Hanif Dakhiri bahkan menjadi presiden seperti halnya Gus Dur. Hal tersebut menjadi bukti bahwa santri pun bisa menjadi pemimpin dalam kancah politik.

Di zaman pergerakan, tugas santri adalah secara fisik melawan kolonialisme. Di masa itu santri tampil heroik melawan para penjajah. Tapi bukan berarti di masa milenial ini santri tidak bisa tampil heroik. Justru saat ini adalah kesempatan santri untuk menjadi pemimpin sekaligus pahlawan untuk melawan degradasi moral dan miss komunikasi.

Jika dulu musuh menyerang dengan mengangkat senjata, kini musuh menyerang melalui tehnologi. Maka dari itu, untuk andil melawan musuh, saat ini santri harus meningkatkan pengetahuan umum dan cerdik dalam bidang tehnologi dan informasi. Karena dengan maraknya hoax yang melanda membuat bangsa kita salah persepsi dan menjadikan moral yang terdegradasi.

Di tahun 2021 pengguna internet di Indonesia meningkat drastis  11%  dari tahun 2020, yakni dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna. Peningkatan tersebut perlu diimbangi dengan pemahaman beraktivitas di ruang digital yang baik (aptika.kominfo.go.id). Maka dari itu santri harus mensosialisasikan bagaimana penggunaan internet yang baik.

Tehnologi dapat mengurangi kedekatan antar manusia, semula hubungan antar manusia menjadi baik dengan saling bertemu dan bersenda gurau, kini semua menjadi minim. Tehonologi menjadikan manusia semakin malas. Maka solusinya adalah dengan terus melestarikan budaya lama seperti tahlilan, yasin dan pengajian.

Untuk itu, santri harus siap dalam memimpin dan melestarikan budaya lama yang baik dan mengadakan budaya baru yang lebih baik. Seperti contoh saat ini tengah hadir pesantren virtual, dimana hal ini membantu masyarakat luas mendapatkan bimbingan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun