Sejak memilih "pensiun dini" sebagai karyawan lebih dari satu dekade silam dan lebih memilih menjadi fulltime "bos" untuk diri saya sendiri dan beberapa entitas usaha keluarga yang mulai saya rintis bersama isteri sejak awal-awal berumahtangga, sekitar satu dekade sebelumnya, sejak saat itulah seluruh sumberdaya yang saya miliki saya curahkan sepenuhnya untuk semua amal usaha tersebut.
Dari sini saya menyadari, ternyata memang tidak mudah menjadi fulltime "bos" dari amal usaha yang berbasis rintisan, selain bertanggung jawab pada kelangsungan amal usahanya, juga wajib bertanggung jawab pada kecukupan ekonomi keluarga sendiri dan juga beberapa anak buah yang sedari awal ikut membantu usaha kita. Satu lagi, kerjanya 24 jam!
Beruntung, sebelum memutuskan "pensiun dini", usaha berbasis retail dan jasa yang lebih dulu saya rintis sudah relatif stabil dan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan kemungkinan menutup subsidi silang jika amal usaha rintisan terbaru kami masih harus berjuang untuk eksis dan membutuhkan "suntikan" nutrisi agar tetap bisa survive!
Alhamdulillah, semua skenario berjalan sesuai dengan harapan saya dan keluarga, sesuai dengan doa-doa yang setiap saat kami panjatkan ke hadirat Dzat yang Maha Kuasa, Allah SWT. Semua amal usaha berjalan sesuai harapan, bahkan sebagai penghiburan alias relaksasi bagi saya sendiri, saya juga mulai membangun entitas amal usaha yang berbasis hobi yang "saya banget", yaitu studio musik dan handicraft.Â
Bahkan, khusus untuk usaha handicraft yang saya beri nama digital @pernikbanua yang awalnya memang sekedar iseng-iseng sebagai bentuk nostalgia saya pada hobi semasa SD dulu, yaitu membuat berbagai kerajinan tangan berbasis papan triplek menjadi bermacam-maca souvenir seperti ganci, jam dinding, toples, kap lampu, berbagai miniatur bangunan masjid, rumah, juga mobil-mobilan, pesawat dan lain-lainnya justeru berkembang paling pesat.
Sangat bersyukur memang! Benar-benar nggak saya duga sebelumnya, kalau @pernikbanua bisa begitu cepat menarik perhatian khalayak. Mungkin karena pemainnya relatif jarang dan bahannya juga sangat ramah lingkungan, karena sebagian besar plywood atau papan triplek yang saya manfaatkan merupakan limbah usaha furnitur dan sisa bahan bangunan.   Â
Baca Juga Yuk! Bernostalgia dengan Kerajinan Tangan Berbahan Triplek/Plywood
Selain itu, efek dari media sosial yang semakin masif juga berperan besar mendatangkan pembeli dan pelanggan @pernikbanua dari segala penjuru nusantara, bahkan beberapa diantaranya dari Eropa. Oiya, salah satu miniatur pesawat saya pernah dipesan oleh salah satu petinggi produsen elektronik raksasa dari Eropa untuk oleh-oleh saat kunjungan ke kantor pusat di Belanda. Keren nggak sih?Â