Namun, saat diucapkan dalam konteks ini, makna "seger" disini melampaui definisi fisik tersebut. Kata ini menjelma menjadi ekspresi kepuasan indrawi yang begitu holistik.
Ketika saya atau siapapun mengatakan "suueger" setelah menyeruput kuah bakso panas dengan citarasa asin pedas, menikmati rujak manis pedas yang bikin berkeringat atau bahkan sesederhana meneguk es teh manis di siang hari, sejatinya kita tidak hanya merasakan kesegaran secara fisik dan psikis sebagai efek dari bersentuhan dengan suhu, citarasa dan juga tekstur makanan yang kita lihat hingga kita santap, tapi ada unsur lain yang turut berperan, yaitu:
Keseimbangan RasaÂ
Ungkapan kata "seger" di sini seringkali mengindikasikan bahwa hidangan yang kita lihat dan santap memiliki paduan visual, aroma dan citarasa yang sempurna pada indra kita, khususnya bagi pengucapnya. Itu artinya, sensasi "seger" ini memang sangat subyektif, baik secara komunal maupun pribadi.
Efek Membangkitkan SeleraÂ
Ungkapan kata "seger" di sini juga sering muncul ketika makanan atau minuman yang kita lihat, cium (aromanya) dan santap mampu "membangkitkan" kembali semangat atau energi yang mungkin sempat menurun.Â
Serasa ada dorongan positif atau suntikan semangat yang langsung berasa setelah suapan pertama.
Kenyamanan Emosional
Bagi sebagian dari kita, makanan bukan hanya soal nutrisi, tetapi juga kenyamanan emosional dan nostalgia.
Ungkapan kata "Seger" ini, sejauh yang saya alami, juga bagian dari ekspresi rasa nyaman dan kebahagiaan yang muncul karena hidangan tersebut mengingatkan pada sesuatu yang spesial, semisal masakan ibu, suasana masa kecil, atau momen-momen indah lainnya yang sudah lama tidak kita nikmati.
Aftertaste yang MenyenangkanÂ