Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Minol "Gaduk" dan Rumornya yang Bikin Awet Muda

7 Maret 2021   22:53 Diperbarui: 7 Maret 2021   23:41 1875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Minum Gaduk | banjarmasin.tribunnews.com

Di sebagian Masyarakat Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas dan sepertinya juga Kalimantan Selatan, dikenal sejenis minuman keras dengan kandungan alkohol yang cukup tinggi, sekitar 80% yang biasa disebut dengan gaduk

Uniknya, penamaan gaduk ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan bahasa daerah atau istilah-istilah lokal Banjar lainya, tapi ditengarai merupakan akronim dari Gajah Duduk atau ada juga yang menyebutnya akronim dari Gajah Diaduk. 

Maaf, istilah Gajah Duduk ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan merk dagang sarung dan atau produk turunannya yang lain, tapi secara umum lebih diyakini masyarakat, merujuk pada gambar dari label merk cairan alkohol yang memang bergambar binatang berbelalai tersebut yang secara faktual memang relatif mudah ditemukan di pasaran, sehingga terlihat paling sering disalah gunakan.

Sedangkan, istilah  Gajah Diaduk, diyakini masih merujuk pada merk alkohol bergambar gajah tersebut, tapi disini akan dioplos dengan air putih dan sachet-an bubuk energy drink dan bahan-bahan lain yang konon sifatnya insidental atau apa saja yang ada yang diperkirakan bisa menambah sensasi memabukkannya.

Intinya, gaduk tidak berbeda jauh dengan beraneka ragam nama dan istilah miras oplosan yang di masing-masing daerah sepertinya mempunyai akronim yang berbeda-beda.

Fenomena menenggak gaduk yang tidak pernah ada matinya dalam lingkungan masyarakat Banjar yang dikenal secara luas sangat agamis, tentu menjadi sebuah anomali. "Kesadaran anomalis" ini bisa kita lihat dari pilihan tempat dan waktu para drunken master tersebut untuk menenggak gaduk  yang  tidak sembarangan dan intinya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Gaduk atau miras oplosan ini umumnya menjadi menu para drunken master kelas ekonomi bawah bin lemah yang jelas tidak akan sanggup membeli minuman keras berlabel yang harganya selangit, seperti buruh maupun kuli bangunan, penjaga parkir dan lain-lainnya, baik untuk konsumsi sehari-hari, maupun saat ada panggung hiburan. Situasi inilah yang mendorong mereka kreatif meramu minuman keras sendiri, sesuai dengan kebutuhan. 

Ilustrasi hitungan angka rupiah untuk menikmati Gaduk, sangat murah dan mudah! Sebotol cairan alkohol 80% isi 50 ml harganya tidak sampai 10.000, ditambah dengan satu sachet energy drink warna orange atau ungu seribuan dan air putih gratis, maka seketika itu juga minuman gaduk alias si-miras oplosan langsung bisa dinikmati dengan efek mabuk yang tidak kalah kuatnya.

Kenapa Minum Gaduk? 

Ada baragam argumentasi jika ditanya kenapa para drunken master ini tetap saja mengonsumsi gaduk meskipun minuman berbahan cairan yang biasa dipergunakan untuk membersihkan luka dan atau merendam jarum suntik ini telah banyak mengirim teman dan saudara-saudara mereka ke alam kubur, meregang nyawa alias mati dengan cara menyedihkan.

Ada yang mengatakan minum gaduk memang sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhannya, ada juga yang menyebut sekedar baramian atau iseng-iseng semata, uniknya ada juga yeng menyebut biar awet muda, bahkan ada juga yang menjadikannya sebagai ajang perlombaan adu kuat, maksudnya siapa yang paling banyak manyumbalih (menyembelih;bhs banjar) gajah alias berani meminum gaduk paling banyak, maka dialah pemenangnya. 

Ironis bukan!? Darimana asal usul pemahaman minum gaduk  bikin awet muda? Atau mungkin maksud awet muda disini karena si-drunken master keburu meninggal disaat masih muda jadi terus terhitung muda dan tidak akan pernah tua, persis yang dialami oleh enam orang pekerja bangunan di komplek tempat tinggal saya yang pada medio 2018 pernah bikin heboh Kota 1000 Sungai, karena secara bergiliran harus menyerah kepada malaikat maut alias meninggal dunia, setelah minum gaduk  beramai-ramai pada saat jam kerja di proyek, yang konon dilakukan sesaat setelah menerima gaji dari mandor mereka.

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun