Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Galianan

25 Desember 2019   08:17 Diperbarui: 25 Desember 2019   08:47 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galianan (Grafis : Banjarmasin Pos)

Galianan merupakan Bahasa Banjar yang berarti geli jika diartikan dalam bahasa Indonesia.

Setiap orang pasti mempunyai titik geli atau titik sensitif yang paling mudah merasakan rasa geli jika mendapatkan stimulasi yang lokasinya pada tubuh pasti berbeda-beda satu sama lain. Walaupun secara umum, titik geli paling umum pada tubuh manusia adalah pada telapak kaki, pinggang kiri dan kanan, ketiak dan leher. Dimana titik geli ditubuhmu?

Kenapa bagian tubuh tertentu bisa merasakan geli?

Menurut David J. Linden, profesor ahli saraf  di Johns Hopkins University School of Medicine menjelaskan, pada dasarnya rasa geli adalah pertahanan pertama (reflek) dari tubuh terhadap serangan/stimulasi.

Menurutnya, rasa geli punya fungsi sama dengan rasa gatal sebagai petunjuk bagi otak untuk waspada agar tidak terjadi serangan/stimulasi berikutnya. Tapi, ini tidak berlaku jika serangan/stimulasi berasal dari diri sendiri. Sebagai contoh, ketika tangan kita menggerayangi bagian tubuh kita yang merupakan kawasan titik geli kita, maka tidak ada perasaan menggelitik yang muncul. Berbeda jika orang lain atau binatang yang melakukannya kepada kita!

Kok bisa?

Menurut Sarah-Jayne Blakemore, peneliti di Universitas College London mengungkapkan bahwa ketika kita mencoba menggelitik diri sendiri, cerebellum (otak kecil ) yang terlibat dalam pemantauan gerakan tubuh kita, akan memprediksi sensasi yang akan ditimbulkan oleh gerakan tubuh kita sendiri (tetapi tidak jika stimulasi  itu dilakukan oleh stimulan selain kita) dan prediksi tersebut digunakan untuk membatalkan respon dari daerah otak lainnya.

Merasa Geli (hellosehat.com)
Merasa Geli (hellosehat.com)

Ada dua area dalam otak yang terlibat dalam proses munculnya rasa geli, yaitu korteks somatosensori yang memproses sentuhan dan korteks singulat anterior yang memproses informasi yang menyenangkan (perasaan nyaman). Kedua area ini kurang aktif saat kita menggelitik diri sendiri dan lebih aktif jika digelitik oleh orang lain.

Jika stimulasi dari luar, maka secara reflek otak akan mengatur untuk menimbulkan sensasi geli. Menurut Linden, sensasi geli akan berkurang setiap bertambahnya usia, karena kehilangan sekitar satu persen dari ujung saraf kulit yang berperan mengatur rasa geli.  Tapi kehilangan ujung saraf tidak sepenuhnya menyebabkan rasa geli berkurang.

Rasa geli dua jenis, 

  1. Knismesis, yaitu rasa geli yang (cenderung) ringan seperti sensasi bulu yang disentuhkan pada kulit. Jenis rasa geli ini, biasanya bisa kita lakukan pada diri sendiri.  
  2. Gargalesis, yaitu rasa geli yang (cenderung) lebih agresif, dimana efek dari stimulasi pada bagian tubuh yang sensitif bisa membuat tertawa lepas, bahkan hingga kehabisan napas. Ahli kesehatan menyebutkan, ketika ujung saraf pada bawah kulit terstimulasi, maka korteks akan segera menganalisa stimulasi tersebut dan mengirimnya ke dua bagian otak yang akan memberikan sinyal untuk tertawa dan merasa senang. Jadi, jika Anda termasuk orang yang merasa geli saat disentuh, jangan khawatir! Ini normal dan sehat.

Mitos Seputar Rasa Geli

Beberapa daerah di Indonesia ada yang meyakini kitos terkait rasa geli ini. Ada yang meyakini, jika seorang anak muda laki-laki seoarng yang penggeli  maka istrinya kelak biasanya cantik paras dan hatinya, begitu pula sebaliknya!

Bagaimana dengan di daerahmu? Adakah mitos terkait rasa geli ?

Oya, apa bahasa daerahmu untuk geli?

Kombatan
Kombatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun