Mohon tunggu...
Kadita Putri
Kadita Putri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Menulis adalah caraku untuk memerdekakan pikiran" ( Kadita Putri ) Selain di kompasiana, kunjungi blog khusus resensi buku di : www.kaditaputri.blogspot.com Follow akun IG untuk terhubung : @kaditaputri_

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mortido, Revolusi Kesadaran (Sebuah Review)

21 November 2020   21:05 Diperbarui: 21 November 2020   21:08 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan mungkin anda pasti akan berkesimpulan yang sama terkait LIBIDO. Ya, memang kata LIBIDO lebih popular sebagai sesuatu yang konteks nya menjurus pada "seksualitas". Namun bagi FREUD libido itu simbol dari "dorongan untuk hidup" sedangkan MORTIDO simbol "dorongan untuk mati". 

Dan penulis buku ini akan menjabarkan konsep pengembangan teori Freud mengenai Libido dan Mortido. Penulis menyajikan pemecahan misteri MORTIDO dengan tiga pendekatan, yakni Psikoanalisa, Biologi, dan Spiritual.

Buku ini akan mengajak kita pada penelusuran misteri terdalam manusia, bagaimana perilaku manusia akan menentukan arah peradaban manusia di masa depan, apakah akan berkembang ataukah akan semakin mundur. 

Terutama bagi kita bangsa Indonesia yang terkadang membuat kita bertanya-tanya, "bisakah bangsa Indonesia maju mengalahkan banga lain?" melalui buku ini, dasar-dasar kesadaran manusia menuju peradaban yang lebih maju, dapat kita pelajari dan pahami. 

Karena kunci sebuah peradaban maju adalah bukan terletak pada seperangkat aparatur negara, mereka hanyalah roda yang menjalankan sistem pemerintahan, akan tetapi kunci peradaban suatu bangsa akan maju terletak pada "pola pikir" masyarakat nya. Semakin masyarakat suatu bangsa pikiran nya maju, dan terbuka yang didukung dengan kesadaran spiritual tinggi maka dapat dipastikan bangsa tersebut akan mengalami perubahan yang lebih baik. 

Begitupun sebalik nya, jika pola pikir masyarakat masih cenderung jalan ditempat, otomatis sebuah bangsa tidak akan mengalami perubahan yang baik tapi justru akan di jadikan alat oleh bangsa lain untuk memanfaatkan "kebodohan" bangsa yang tertinggal tersebut.

Contoh misal nya, sesuatu yang saya amati di lingkungan sekitar, ketika bangsa lain sudah sibuk bagaimana bersaing di tengah persaingan teknologi, tapi di Indonesia masih sibuk mengurusi urusan tetangga, sibuk mengurusi (maaf) agama yang satu dengan yang lain bahkan yang masih seagama sendiri masih pada ribut. 

Jika kita baca  Sejarah kejadian seperti itu pernah dialami oleh Eropa pada awal abad Masehi, lah, kita di zaman Modern ini masih tetap membahas seperti itu *tepok jidat*hehehe....

Kembali lagi ke isi buku Mortido ini. Nah, tidak hanya mengkaji teori Sigmund Freud tentag perilaku manusia. Penulis, memberikan sentuhan teori nya sendiri yang berdasarkan kajian dari teori Sigmund Freud yang di tuliskan nya pada penghujung bab terakhir. Kajian yang di jabarkan antara lain; gangguan prinsip keawasan, mimpi buruk dan rasa takut, gangguan prinsip kenikmatan, rasa ketakutan serta keawasan.

Pada bab terakhir, ini adalah bab yang paling saya suka, kenapa? Karena si Penulis menyajikan evolusi peradaban di mulai peradaban kerajaan, peradaban keagamaan, peradaban sistem ekonomi, sistem pendidikan di Indonesia, kompetisi kapitalis dan Distopia vs Utopia. Oh iya ada suatu penggalan kalimat dari buku ini yang menurut saya ini sedang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Bunyi kalimatnya:

"Kompetisi di dalam ekonomi kapitalis bertujuan menghasilkan pekerja-pekerja yang tidak pernah puas, serakah dan selalu berjuang untuk mendapatkan lebih. Kondisi ini hanya membuat pekerja akan menjadi pekerja yang produktid dan menguntungkan perusahaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun