Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mencegah Kepunahan Petani Kita

29 Oktober 2017   18:23 Diperbarui: 9 Desember 2017   08:04 3456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dirilis beberapa waktu lalu mengungkap fakta miris tentang regenerasi petani di Provinsi Jawa Tengah. Betapa tidak, rata-rata usia petani di tiga desa pertanian padi di provinsi ini mencapai 52 tahun. Namun, generasi muda yang tertarik untuk melanjutkan usaha tani keluarganya hanya sekitar tiga persen (Antara, 20 September 2017).

Tidak membikin heran kalau ada yang bilang petani kita bakal punah. Proposisi bahwa petani kita bakal punah mungkin terkesan melebih-lebihkan. Benarkah demikian?

Faktanya, saat ini kultur bertani kian tergerus. Anak petani sebagian besar tak lagi bercita-cita menjadi petani.

Menjadi petani adalah pilihan terakhir bagi generasi muda pedesaan untuk menyambung hidup. Seorang dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) pernah berucap dalam sebuah workshop bahwa anak muda di kawasan Puncak lebih bangga menjadi tukang ojek atau penjaga villa ketimbang menjadi petani sayuran.

Salah satu penyebabnya adalah menjadi petani identik dengan kemiskinan dan ndeso. Sesuatu yang tentu saja sama sekali tidak menarik bagi generasi milenial.

Makanya, seperti yang dikeluhkan presiden Jokowi saat menghadiri acara wisuda di kampus IPB pada September lalu, saat ini banyak sarjana pertanian (termasukan jebolan IPB) yang ogah menjadi petani atau berkecimpung di sektor pertanian. Pendek kata sektor pertanian kian ditinggalkan.

Alhasil, mereka yang bertahan di sektor pertanian saat ini adalah mayoritas generasi tua (di atas 45 tahun).

Sumber: diolah dari data BPS
Sumber: diolah dari data BPS
Sedihnya, sebagian besar mereka juga memiliki kapabilitas yang rendah. Betapa tidak, mayoritas petani kita hanya tamatan SD atau bahkan tidak bersekolah.

Sebuah tantangan berat bagi penyediaan pangan dari produksi sendiri di masa datang, yang tentu saja membutuhkan inovasi dan modernisasi sektor pertanian.

Karena itu, kita patut khawatir, dan pemerintah harus berbuat sesuatu untuk mencegah agar tren ini tidak terus berlanjut. Mungkin petani kita tidak akan sampai punah, tapi tren yang tengah terjadi sangat merisaukan.

Sumber: diolah dari data BPS
Sumber: diolah dari data BPS
Lalu bagaimana caranya? Itulah yang perlu dipikirkan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun