Mohon tunggu...
Wahyu Pratama
Wahyu Pratama Mohon Tunggu... Full Time Blogger - -

- Master in Transnational Law - Centrist (Political tendency) - Logical and Rational Thinking - History and Classic-Middle Ages Architecture Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penggambaran Duniawi Manusia atas Surga

27 Juli 2019   15:43 Diperbarui: 27 Juli 2019   15:52 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.kjvbible.org 

Surga, suatu tempat yang menurut pandangan umum adalah tempat yang indah, yang merupakan imbalan bagi mereka yang berbuat baik semasa hidupnya di dunia. Dalam beberapa ritus keagamaan, ia digambarkan sebagai tempat dimana Tuhan beserta malaikat / dewa dewi berada. Dengan demikian, surga merupakan 'afterlife purpose' bagi setiap manusia yang dilahirkan di dunia.

Sebagai 'afterlife purpose', banyak orang berlomba-lomba melakukan apapun untuk mencapai atau mendapatkan istilah kasarnya 'secure position' di surga. Ya apapun. Apapun dalam artian melakukan apa yang diperintahkan oleh ajaran agamanya (tapi untuk beberapa hal adalah melakukan apapun yang diperintah seseorang). Motivasi untuk melakukan hal tersebut tidak lain adalah dikarenakan gambaran akan surga yang diberikan kepada orang yang ingin mencapai atau mendapatkan surga tersebut. Tidak dapat dipungkiri dan tidak dapat dibantah, satu2xnya motivasi seseorang untuk mencapai dan mendapatkan surga adalah karena terbayang dalam imajinasinya bahwa ia akan berada di tempat yang indah dan/atau sesuai keinginan mereka.

Imajinasi dan gambaran seseorang akan surga sangat dipengaruhi oleh beberapa hal dan hal-hal tersebut terlingkupi dalam sifat keduniawian manusia. Sebagai mahluk yang menggunakan indranya, tidaklah heran jika penggambaran terhadap surga akan selalu berkaitan dengan aktifitas2x keduniawian manusia melalui indra2x yang ia gunakan. Selain itu, manusia sebagai mahluk yang memiliki kemampuan yang terbatas untuk menembus dan melihat dimensi roh / jiwa. Karena keterbatasan inilah, penggambaran surga oleh satu manusia dengan manusia lain bisa berbeda-beda namun tetap dalam satu konteks 'tempat yang indah'.

Nah pertanyaanya, tempat yang indah itu tempat yang seperti apa? Dalam hal ini, para pemuka agama ataupun orang2x biasa bisa mendefinisikannya macam-macam, dari yang seperti suatu kebun hijau dikelilingi tanaman, bukit, air terjun, sungai, hewan yang berlari/terbang  kesana kemari hingga yang nyeleneh seperti misalnya suatu tempat yang dihuni banyak bidadari/dara dan bisa bebas melakukan hubungan seks tanpa dosa atau terhinggap penyakit kelamin dengan para bidadari/dara tersebut.

Sumber: https://faithinthenews.com 
Sumber: https://faithinthenews.com 

Sebagai manusia yang diberikan logika dan nalar, saya bisa katakan hal tersebut adalah konyol dan sangat menyedihkan.

Pada dasarnya, mereka yang menggambarkan surga seperti tempat-tempat dengan karakteristik yang saya sebutkan diatas tidaklah bisa membedakan gambaran duniawi dan rohani. Karakteristik surga yang disebutkan diatas merupakan suatu penggambaran yang sifatnya duniawi yang berdasarkan pada aktifitas-aktifitas keduniawian manusia. Jika mereka menganggap surga sebagai tempat dimana Tuhan berada, maka surga bukanlah tempat yang bisa digambarkan secara duniawi melainkan secara rohani.

Dari sini saya bertanya, apakah elok atau pantas menggambarkan surga, sebagai tempat dimana Tuhan berada, dengan gambaran-gambaran keduniawian manusia sedangkan surga itu sendiri sifatnya adalah rohani???

Pertanyaan diatas ini sebenarnya sangat berhubungan dengan suatu pernyataan bahwa "apabila surga tidak digambarkan secara duniawi, manusia tidak akan berbuat baik. Maka dari itu perlu digambarkan secara duniawi agar manusia bisa berbuat baik, tidak merusak sesamanya dan isi bumi, sehingga ia bisa mencapai surga ketika ia meninggal."

Pertanyaan saya yang lain, apakah jika tidak digambarkan secara duniawi, manusia pasti akan berbuat tidak baik? Jika surga merupakan imbalan berbuat baik, bukankah itu merupakan suatu pengharapan hasil atas suatu perbuatan layaknya mengharapkan hasil lebih atas suatu hal yang dilakukan (melakukan sesuatu dengan pamrih)? bukankah itu sama aja anda mengharapkan imbalan? Jadi berbuat baik hanya untuk mendapatkan surga saja ya? (yg ini sih egois). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun