PendahuluanÂ
      Pada suatu pagi yang cerah, sebuah keluarga petani yang tinggal di Gubuk yang berada di tengah sawah, seluruh keluarga berkumpul sambil menikmati teh hangat ditemani ketela rebus. Mereka saling bercengkrama dengan penuh kehangatan. Di sekitar tampak hamparan sawah yang hijau, memberikan kesegaran sampai di hati. Ditengah sawah terlihat Pura subak yang bediri kokoh, seakan menujukan aura religious. Buakankah hai ini sangat menyenangkan? Namun kenyataannya sulit bagi kita menemui kenyatan seperti itu.
 Latar Belakang Masalah
      Bali dikenal dunia karena Destinasi wisata yang di sajikan, seperti keindahan alam, seni dan budayanya. Hal ini yang menyebabkan Bali menjadi tujuan wisata. Implikasi dari meningkatnya tujuan pariwisata ke Bali, telah mengubah semua keadaan. Kemajuan ekonomi di Bali meningkat drastis, ini ditandai dengan meningkatnya pendapatan masyarakat di segala lini. Namun disisi lain kita harus membayar mahal keadaan tersebut. Kemacetan dimana-mana, timbunan sampah plastik semakin memprihatinnkan, sawah mulai berkurang dan sebagai gantinya menjelma menjadi vila. Hubungan sosial dan budaya masyarakat menjadi tergerus, berubah menjadi individualistik. Hal ini lah yang akan terjadi apabila tidak ada pedoman yang mendasari sebuah tatanan kehidupan di masyarakat.
       Namun, di balik gemerlap wisata dan modernisasi, Bali tetap memegang teguh kearifan lokal yang menjadi pedoman hidup masyarakatnya. Salah satu falsafah yang paling penting adalah Tri Hita Karana (THK). Tri Hita Karana berarti tiga sebab kebahagiaan atau tiga jalan menuju kesejahteraan. Falsafah ini menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan (Parhyangan), dengan sesama manusia (Pawongan), dan dengan alam lingkungan (Palemahan). Pemerintah daerah Bali tidak hanya menjadikan THK sebagai nilai budaya, tetapi juga mengintegrasikannya ke dalam kebijakan pembangunan. Dengan demikian, arah pembangunan Bali tidak semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memastikan keberlanjutan budaya, sosial, dan ekologi.
PembahasanÂ
Konsep Dasar Tri Hita Karana
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, THK menjadi panduan moral sekaligus etika sosial.
- Parhyangan: menjaga keselarasan dengan Tuhan melalui sembahyang, yadnya, serta menjaga kesucian pura
.- Pawongan: menekankan solidaritas sosial, gotong royong, dan menjaga kerukunan antarsesama.
- Palemahan: menuntut manusia untuk menjaga alam, tidak merusak lingkungan, serta memanfaatkan sumber daya secara bijak.
Ketiga dimensi ini tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait. Jika satu terganggu, keseimbangan hidup juga akan terganggu.
Implementasi THK dalam Kebijakan Publik Bali