Di tengah derasnya arus modernisasi dan produk makanan instan, ada sekelompok anak muda desa yang memilih jalan berbeda. Mereka melihat potensi besar pada bahan pangan sederhana yang sering dianggap biasa ubi ungu  dan  singkong. Dua jenis umbi ini tumbuh subur di tanah pedesaan, murah, dan mudah didapat, tetapi sering kali hanya dikonsumsi seadanya atau bahkan kurang dihargai. Berawal dari keresahan itu, lahirlah ide untuk mengolah ubi ungu dan singkong menjadi produk lokal dengan cita rasa modern dan kemasan menarik. Tujuannya sederhana: mengangkat martabat hasil bumi desa, sekaligus membuka peluang usaha yang memberdayakan masyarakat sekitar.
Inovasi Produk dari Tradisional ke Kekinian
1. Keripik Ubi Ungu & Singkong
Dengan teknik penggorengan rendah minyak dan balutan bumbu aneka rasa (balado, barbeque, keju), keripik ini bukan sekadar camilan, tetapi menjadi oleh-oleh khas yang diburu wisatawan.
2. Brownies Ubi Ungu
Inovasi kue berbasis ubi ungu yang lembut dan legit ini mampu bersaing dengan brownies modern. Warna ungu alaminya menarik perhatian dan kaya antioksidan.
3. Tape Singkong Fermentasi Sehat
Produk tape yang dikemas higienis dengan label modern berhasil mengubah citra tape dari makanan desa  menjadi  produk premium lokal
4. Â Minuman Instan Ubi Ungu
Bubuk minuman yang praktis diseduh, dikemas dalam sachet, dan kaya nutrisi. Produk ini diminati kalangan muda karena praktis dan menyehatkan.
Kisah Inspiratif di Baliknya
Awalnya, usaha ini dimulai dengan modal kecil dari tabungan kelompok pemuda desa. Mereka mencoba membuat brownies ubi ungu di dapur rumah, lalu menitipkan hasilnya ke warung kopi dan toko oleh-oleh lokal. Tidak disangka, respons konsumen sangat positif.
Pesanan pun mulai berdatangan, bahkan dari luar kota. Melihat peluang itu, mereka memberdayakan ibu-ibu rumah tangga sekitar sebagai tenaga produksi, sekaligus melibatkan petani lokal untuk memasok bahan baku. Dengan cara ini, manfaat usaha dirasakan banyak pihak:
1. Petani mendapat harga jual lebih baik.
2. Ibu rumah tangga memperoleh penghasilan tambahan.
3. Pemuda desa belajar kewirausahaan dan manajemen usaha.
Salah satu penggerak usaha bercerita, "Kami ingin menunjukkan bahwa singkong dan ubi ungu bukan makanan kelas bawah, tetapi bisa menjadi produk unggulan jika diolah dengan kreativitas.
Dampak Positif dan Harapan ke Depan
Kini, produk olahan ubi ungu dan singkong sudah dipasarkan melalui media sosial dan marketplace. Kemasan modern, logo yang menarik, serta promosi kreatif menjadikan produk lokal ini memiliki daya saing tinggi. Lebih dari sekadar bisnis, usaha ini menjadi gerakan pemberdayaan desa. Mereka bercita-cita membuka pusat pelatihan kewirausahaan bagi generasi muda agar semakin banyak produk lokal bisa menembus pasar nasional bahkan internasional.
Cerita ini mengajarkan bahwa sesuatu yang sederhana bisa menjadi luar biasa bila dikelola dengan niat, kreativitas, dan kerja sama. Ubi ungu dan singkong bukan sekadar pangan tradisional, tetapi bisa menjelma menjadi produk bernilai tinggi yang mengangkat nama desa sekaligus membangkitkan ekonomi masyarakat. Dari tanah yang subur, lahirlah inspirasi. Dari umbi yang sederhana, lahirlah karya yang membanggakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI