Mohon tunggu...
KAMIL ICHSAN
KAMIL ICHSAN Mohon Tunggu... Freelancer - Socio Hippies

T : @KMLICHSN Insta : @imajibanal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

#Travelstory: Sejenak Menikmati Tradisi Ngopi di Manggar

1 Juni 2016   13:20 Diperbarui: 2 Juni 2016   00:04 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu 1001 warung kopi, Manggar, Kabupaten Belitung Timur | Dokumentasi pribadi

Mendung. Langit pagi kota Manggar terasa sendu. Jalanan pun terlihat lenggang. Jejeran warung kopi sedikit demi sedikit mulai menyapa saya saat memasuki kota kecil di Kabupaten Belitung Timur ini. "Selamat datang di Manggar, kota 1001 warung kopi".

Paska booming film Laskar Pelangi beberapa tahun lalu, wisata Kepulauan Belitung semakin digalakkan oleh Pemerintah Daerah. Potensi kekayaan alam mulai digali dan sarana infrastruktur daerah terus diperbaiki. Selain dikenal sebagai daerah penghasil timah, lada putih dan sebagai tujuan destinasi wisata alam, Belitung juga dikenal dengan Wisata Kopinya, tepatnya, Wisata Warung Kopi (Warkop).

Meski Belitung bukan daerah penghasil kopi karena sebagian besar biji kopi didatangkan dari pulau Jawa dan Lampung, akan tetapi, tradisi nyruput kopi di warung kopi oleh masyarakat Belitung sudah populer dan berakar sejak lama. Kebiasaan ini dimulai dari kisah para pekerja timah yang sering kongko di warung kopi untuk beristirahat setelah lelah bekerja.

Warkop Anui, Manggar, Kabupaten Belitung Timur | Dokumentasi pribadi
Warkop Anui, Manggar, Kabupaten Belitung Timur | Dokumentasi pribadi
Kebiasaan menghabiskan waktu untuk kongko di Warkop yang sudah sangat termasyur inilah yang membuat saya penasaran dan ingin sekedar merasakan suasana “ritual” ngopi di Belitong.

Banyaknya warung kopi di Manggar bukan berarti persaingan bisnis menjadi tidak sehat, tidak perlu khawatir, di sini setiap warung sudah punya pelanggan, setiap cangkir kopi sudah punya nasibnya masing-masing. Ini terlihat jelas dari banyaknya warung kopi yang berdekatan, warung dengan ukuran besar atau kecil, jam buka pagi atau malam setiap meja Warkop di sana selalu penuh terisi oleh para peminatnya.

Setelah 2 kali mengelilingi Tugu 1001 Warung Kopi dan berkali-kali bertanya, akhirnya saya sampai di Warkop Anui, salah satu Warung kopi tertua di Kabupaten Manggar. Warkop Anui populer karena sering mendapat highlight dari para pecinta kuliner. Berdiri sejak tahun 1982, sampai sekarang, Warkop Anui tetap digandrungi oleh para pelanggannya.

Warung kopi Anui | Dokumentasi pribadi
Warung kopi Anui | Dokumentasi pribadi
Saat pertama kali sampai di Warkop Anui, meja-meja sudah terisi penuh. Segerombolan pria mulai dari remaja sampai paruh baya asik kongko dengan lingkarannya masing-masing. Ada beberapa pasang mata yang sedikit malu-malu melirik saya. Maklum, saya pengunjung baru, dan dengan dandanan yang cukup mencolok pula.

Lupakan dekorasi yang dipaksa terlihat artsy seperti coffee shop modern -yang harga segelas kopinya luar biasa nylekit. Di Warkop Anui, Anda hanya akan melihat deretan meja panjang dari kayu yang sudah kusam, ceret-ceret besar dan ruangan yang terlihat otentik. Tidak banyak elemen dekorasi modern, karena sejak awal berdiri, Warkop Anui tetap mempertahankan dekorasi khas warung kopi zaman dulu.

Mau pesan apa bang? Kata pelayan warung sambil sibuk membersihkan meja dari ceceran sisa kopi. Saya pesan kopi susu dan kopi O (Kopi Only = Kopi hitam), mba.

Kopi O (only) salalh satu kopi favorit di Warkop Anui
Kopi O (only) salalh satu kopi favorit di Warkop Anui
Tak sampai 5 menit, pesanan saya pun datang. Sambil sedikit menghirup aromanya dan mulai icip-icip, saya mencoba amati sekitar serta berusaha untuk menjadi seperti mereka. Berusaha untuk memahami beragam alasan kenapa kongko di Warkop di Manggar masih sangat populer sampai sekarang.

Dari banyaknya catatan tentang sejarah budaya ngopi di belitung. Kebiasaan kongko di warung kopi dahulu sering dilakukan oleh para buruh timah untuk sekedar melepas penat setelah seharian bekerja. Berbincang tentang problematika pribadi dan hal remeh-temeh, barangkali, membuat mereka menjadi hangat dan merasa serupa, merasa senasib seperjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun