Mohon tunggu...
KA Widiantara
KA Widiantara Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi dan Akademisi Komunikasi-Media

Praktisi dan Akademisi Komunikasi-Media

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Fenomena Jurnalisme Data

2 April 2021   22:57 Diperbarui: 2 April 2021   23:05 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penyebaran berita hoaks selama ini  tidak hanya dilakukan oleh media abal-abal atau tidak terverifikasi oleh dewan pers.  Hal tersebut juga  berpotensi terjadi pada media profesional atau media mainstream. Pengabaian terhadap  akurasi dan disiplin verifikasi menjadi penyebabnya. 

Berkaca dari praktik produksi dan penyebaran informasi palsu sangat jelas  mempengaruhi pola pikir dan tindakan publik yang dengan mudah meyakini informasi atau berita yang diunggah melalui media sosial adalah berita benar.  Meski secara faktual belum dapat dibuktikan secara mutlak.

Publik kemudian menjustifikasi kebenaran tersebut dan tanpa mempertimbangkan logika akal sehat, memposting bahkan membagikan produk hoax tersebut ke ruang maya. Dilihat banyak pengikut, disukai, mendapat banyak komentar, bahkan material informasi tersebut kembali direproduksi dan dishare disertai hastag hingga viral menyebar melalui ruang maya. Gejala dan prilaku seperti inilah yang disebut dengan gejala post truth.Fenomena post truth hadir dalam situasi pelik yang merupakan ekses dari keleluasaan media digital. 

Nezar Patria, anggota Dewan Pers menyatakan, bahwa post truth adalah kondisi yang terjadi ketika informasi bohong atau palsu (hoax) dipakai untuk menyalakan bara emosi dan sentimen publik. Memanfaatkan  sirkulasi media digital yang begitu kencang dan luas, informasi palsu menunggangi sekaligus mengelaborasi  suatu peristiwa yang terjadi sehingga muata dari informasi tersebut terasa kuat dan valid.

Saat ini media online menjadi sorotan karena banyak yang menjadi produsen atau penyebar hoax. Salah satu upaya media online melawan hoax dengan mengadopsi inovasi jurnalisme berbasis data. Jurnalisme data muncul sebagai tren yang patut mendapat perhatian media di seluruh dunia. Jurnalisme data bisa dipahami sebagai praktik sosio-diskursif: bukan hanya produksi artefak jurnalismenya (data-driven) yang membentuk gagasan jurnalisme data, tetapi juga upaya diskursif semua aktor yang terlibat dalam newsroom (De Maeyer et al. 2014). 

Jurnalisme data menjadi lebih mutakhir seiring dengan banjirnya data di internet yang kerap disebut big data, yang memicu perkembangan tools untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Analisisnya akan bergantung pada kejelian terhadap angka dan kemahiran menggunakan tools pada komputer (Utomo, 2015).

Walaupun tren big data tengah berkembang pesat di Indonesia, tren jurnalisme data di Indonesia masih belum terlalu terdengar. Padahal, jurnalisme data merupakan salah satu

bentuk pemanfaatan big data yang dapat dilakukan oleh industri media dan menjadi kebutuhan yang seolah tak bisa dipisahkan dari proses penulisan berita oleh para jurnalis. Selain melalui wawancara dan investigasi, penggunaan data yang valid dapat menjadi fakta kuat dalam sebuah berita (Microsoft, 2016).

Jurnalisme Data di Media Online

Penggunaan data dalam karya jurnalistik sudah dimulai oleh Majalah Prisma, Harian Kompas, dan Majalah Tempo puluhan tahun yang lalu. Tim penelitian dan pengembangan Harian Kompas, misalnya, mulai melakukan polling Pemilu pada 1970an. Hingga penulisan ini, baik Tempo maupun Kompas masih mempraktikkan hal tersebut dengan struktur organisasi yang sama: tim riset dan tim redaksi.

Sementara itu, praktik jurnalisme data awalnya tidak diadopsi oleh media-media daring (online) di Indonesia. Jurnalisme data dianggap bertentangan dengan "ruh" jurnalisme daring yang mengedepankan kecepatan. Padahal, proses pengumpulan dan analisis data membutuhkan waktu yang lebih lama. Alhasil, keduanya pun bentrok. Namun, pesimisme ini ditantang oleh media baru Katadata.co.id yang berdiri pada 2012. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun