Keempat, energi bersih. Kajian menunjukkan bahwa red mud bisa menjadi bahan bakar tambahan dalam pembangkit listrik berbasis batubara, serta dapat dimanfaatkan untuk produksi hidrogen melalui teknologi plasma hidrogen. Ini sejalan dengan target dekarbonisasi dan diversifikasi energi Indonesia menuju net zero emission pada 2060.
Namun demikian, sejumlah tantangan juga perlu dihadapi. Karakteristik red mud yang abrasif dan sangat alkalis menuntut standar keamanan yang tinggi dalam penyimpanan dan pengolahan. Selain itu, komposisi kimia yang bervariasi antarsumber bauksit juga mempersulit proses standarisasi produk turunan. Di sisi lain, belum adanya regulasi insentif atau kerangka fiskal yang mendorong industri untuk mengolah red mud juga menjadi penghambat utama.
Oleh karena itu, ada tiga langkah strategis yang perlu segera dilakukan oleh pemerintah dan pelaku industri.
Pertama, percepatan penyusunan regulasi dan standar nasional (SNI) untuk produk turunan red mud, agar dapat dipasarkan secara legal dan kompetitif. Kedua, insentif fiskal atau pembebasan PPN untuk investasi dalam teknologi pemrosesan red mud. Ketiga, integrasi program ini ke dalam peta jalan hilirisasi nasional dan RPJMN, termasuk pendanaan riset terapan melalui BRIN, LPDP atau mitra internasional.
Red mud adalah potensi tersembunyi yang selama ini kita anggap sebagai limbah. Kini saatnya Indonesia memimpin dalam teknologi sirkular di sektor pertambangan. Dengan mengolah red mud menjadi produk bernilai tambah, kita tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga membuka peluang lapangan kerja, investasi hijau, dan ekspor produk turunan ke pasar global.
Seperti yang pernah dikatakan John Maynard Keynes bahwa "Kesulitan bukan pada merancang ide-ide baru, tetapi pada melupakan ide lama yang usang." Sudah waktunya kita melupakan paradigma lama soal limbah, dan melihat red mud sebagai aset baru masa depan industri Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI