Mohon tunggu...
Umar Werfete
Umar Werfete Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A fan of Wonderful World who loves travel and photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerajaan Bhutan, Kerajaan Paling Bahagia

29 Februari 2012   23:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:43 4439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kingdom of Bhutan, Saya sebenarnya tahu kalau negara ini letaknya di Asia, tetapi tepatnya di mana dan bagaimana wajah negara ini, saya tidak tahu sama sekali sebab jarang saya melihat negara yang satu ini terlibat atau partisipasi  dalam berbagai event di Asia atau di benua lainnya, seperti olah raga atau lainya. Apakah negara ini memang tidak berminta dengan aktifitas-aktifitas seperti itu atau mungkin karena saya yang kurang informasi. Saya semakin penasaran dengan negara ini ketika suatu ketika di kelas, salah satu pengejar saya mengatakan bahwa, tahukah anda apa negara yang masyarakatnya paling bahagia di dunia?. Wow!!!! Setiap orang dalam kelas menebak-nebak, mulai dari  Jepang, Amerika, Autralia, hingga negara-negara di Eropa, tetap tidak ada yang benar. Lalu dia mengatakan, “ salah satunya adalah Kingdom of Bhutan.” Wah, kok bisa, ini adalah negara yang tidak pernah saya dengar sepak terjangnya di dunia, malah jadi negera yang masyrakatnya paling bahagia. Saya semakin penasaran dan tulisan ini  datang dari rasa penasaran itu.

Saya memulai browsing dan mencari cari dokumen tentang kerejaan ini, saya kemudian sedkiti paham setelah membaca beberapa dokumen dan menonton beberapa film dokumenter tentang Kingdom of Bhutan. Kingdom of Bhutan adalah sebuah negara berbentuk kerajaan yang terletak di lereng pegunungan Himalaya, terapit di antara Republic of China dan India. Kerajaan ini sejak ratusan tahun yang lalu, mengisolasikan diri dari pengaruh dunia luar. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian dan keunikan budaya mereka yang telah diwariskan secara turun temurun. Sebagai sebuah kerajaan yang memegang kuat ajaran budha dan sangat menghargai semua makhluk ciptaan Tuhan, tidak hanya manusia tetapi termasuk binatang, pohon dan hutan, hingga tidak heran jika sebagian besar atau sekitar 70% dari negara ini terdiri dari hutan. Pengaruh dari luar cukup terfilter dengan baik, sebelum tahun 1999 mereka tidak memiliki televis apalagi Internet, orang asing atau pelancong yang ingin berkunjung ke sanapun diatur dengan ketentuan kenetntuan dan harus mengikuti  agen travel yang ada, hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu atau merusak budaya atau lingkungan yang ada di sana.

Kerajaan Bhutan memang berbeda dari dunia, satu hal yang lebih unik dari kerajaan ini adalah ketika kemakmuran di seluruh negara di dunia diukur dengan Gross National Product, Kingdom of Bhutan berbeda, mereka mengukurnya dengan “ Gross National Happiness”. GNH ini adalah cara yang mereka  gunakan untuk 

memetakan indikator  yang mengukur kualitas hidup (life quality) dan kemajuan sosial lainnya secara holistik dan menekankan faktor psikologis dibanding indikator GNP, Bagi mereka GNH lebih penting daripada  GNP. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh mendiang raja Jigme Singye Wangchuck lalu kini cukup dikenal di dunia. Konsep ini cukup terkenal dengan empat pilar utamanya yaitu “pembangunan berkelanjutan, promosi nilai-nilai budaya, konservasi lingkungan hidup dan pemerintahan yang baik.” Mereka berpemahaman bahwa perkembangan pada masyarakat akan bisa menguntungkan ketika pembangunan  spritual dan material saling memperkuat dan menguntungkan. Pada tahun 2006, majalah News Times menempatkan Kingdom of Bhutan sebagai negara paling bahagia di Asia dan urutan ke kesembilan di dunia.

Keterisolasian negara ini dari kontak dengan dunia luar makin terbuka luas ketika televis dan internet telah diijinkan masuk, dan pada tahun 2007 telah terjadi peralihan bentuk kemepimpinan negara dari monarki absolut ke monarki konstitusional dimana mereka telah melakukan pemilihan umum nasional yang pertama kalinya. Hingga  saat ini, Bhutan telah terbuka bagi dunia akan tetapi masih tetap memegang kuat budaya dan tradisi mereka dan tetap menjaga kelestarian hutan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun