Beberapa tahun yang lalu, bermain game dipandang sebagai menjadi kebiasaan yang buruk bagi anak - anak karena anak - anak menjadi malas untuk belajar. Terlebih bagi mereka yang sudah kecanduan, rasanya tidak bermain game satu hari saja bisa membuat mereka seperti orang yang kurang tidur. Game memang menjadi salah satu masalah yang sulit diatasi bagi orang tua. Orang tua bingung harus bagaimana, apakah memperbolehkan atau tidak anaknya bermain game. Beberapa orang tua mengizinkan anaknya bermain game, beberapa lain ada yang tidak memperbolehkan, ada pula yang memperbolehkan tapi dengan batasan - batasan tertentu. Singkatnya, game dipandang sebagai hal yang buruk terutama bagi anak - anak karena bisa menimbulkan kecanduan. Namun, di zaman modern ini game malah menjadi suatu hal yang luar biasa karena game tidak lagi hanya sekadar hiburan semata tetapi juga mempengaruhi banyak hal --salah satunya dalam bidang ekonomi.
      Dewasa ini, perkembangan zaman memungkinkan game menjadi salah satu cabang olahraga internasional yang biasa disebut E-sport. E-sport atau electronic sports adalah kompetisi video game profesional yang menuntut keterampilan tinggi, strategi dan kerja sama tim. Berbeda dengan memainkan game seperti biasa, e-sport sudah masuk dalam ajang olahraga internasional yang membutuhkan profesionalisme, prestasi, dan perhatian publik. Bahkan, e-sport sangat sering ditayangkan secara langsung dalam beberapa media terkenal seperti Youtube yang menarik jutaan penonton. Kini, e-sport lebih dari hanya sekedar hiburan atau hobi semata karena e-sport telah memunculkan peluang - peluang bisnis, lapangan pekerjaan, dan ekonomi kreatif bagi generasi muda.
      Sebuah penelitian mengatakan jika fenomena e-sport pertama kali muncul di Amerika Serikat pada akhir 1970-an, ketika ada turnamen game Space Invaders yang digelar oleh suatu komunitas game. Sejak saat itu, kompetisi video game semakin berkembang, munculnya game - game ikonik seperti StarCraft, Counter Strike, dan Dota 2 memicu lahirnya profesionalisasi.
Pada akhir 1990-an, teknologi komputer dan internet di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Warung internet (warnet) menjadi titik kumpul para remaja yang bermain game online. Mereka bermain bersama, berbagi strategi, dan membentuk komunitas kecil yang saling mendukung satu sama lain. Game seperti Counter Strike dan StarCraft menjadi game terfavorit, dan turnamen lokal juga mulai digelar di beberapa komunitas yang terbentuk dari sekumpulan remaja pecinta game online.
Pada tahun 1999, Eddy Lim mendirikan Liga Game, sebuah komunitas dengan tujuan menyatukan para gamer di Indonesia. Liga Game menjadi event organizer untuk kejuaraan World Cyber Games (WCG) tahun 2002 di Indonesia. Game yang dikompetisikan antara lain FIFA World Cup, Age of Empires II, Counter Strike, dan StarCraft: Blood War. Kejuaraan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah e-sport Indonesia.
Mulai tahun 2000-an, jumlah warnet meningkat pesat, dan akses internetpun juga semakin mudah dijangkau. Komunitas - komunitas game juga diberbagai daerah Indonesia, selain itu turnamen lokal juga semakin banyak diadakan dimana - mana. Meskipun belum ada struktur organisasi resmi, semangat berkompetisi dan membangun kebersamaan di kalangan gamer Indonesia terus tumbuh.
Tahun 2018 adalah momentum dimana e-sport semakin populer di masyarakat Indonesia. Lalu, Kementrian Pemuda dan Olahraga Indonesia mulai mengakui e-sport sebagai salah satu cabang oleh raga resmi di Indonesia. Respon pengakuan tersebut sangat luar biasa, banyak tim - tim e-sport Indonesia mulai menunjukkan prestasi di kancah internasional. Perkembangan itu membuat sponsor dan perusahaan - perusahaan mulai melirik industri ini sebagai peluang bisnis menjanjikan di masa depan.
Dari uraian sejarah yang singkat itu, kita akan melihat kategori game yang populer di Indonesia. Sejauh ini ada empat kategori game populer yang menjadi tonggak perkembangan e-sport. Setiap kategori game memiliki ciri khas masing - masing yang berbeda satu sama lainnya.
Pertama ada MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) seperti Mobile Legends dan Dota 2 yang menuntut para pemain untuk dapat memahami karakter (hero), peta, dan strategi bermain dalam tim. Selain itu para pemain diminta untuk memiliki intuisi, kecepatan, komunikasi, dan pengambilan keputusan cepat untuk bisa meraih kemenangan. Inti dari game model MOBA adalah pertarungan antara dua tim yang bertujuan untuk menghancurkan base (markas) musuh dan melindungi base dari serangan musuh. Setiap pemain dapat memilih dan mengontrol satu hero yang memiliki kemampuan unik untuk menghancurkan dan melindungi base.
Kedua, game Battle Royale seperti PUBG Mobile dan Free Fire. Battle Royale mengajak pemain untuk bertahan hidup dalam situasi perang sehingga pemain harus bisa menguasai peta untuk mencari sumber daya berupa perlengakapan perang. Semua pemain memulai permainan dengan sedikit perlengkapan atau senjata, lalu mereka harus mengumpulkan senjata, amunisi, dan perlengkapan lain yang tersebar di peta untuk bertahan hidup. Lama waktu bermain ditentukan oleh arena permainan (safe zone) yang mengecil seiring berjalannya waktu, sehingga memaksa para pemain untuk saling bertarung satu dengan yang lainnya.
Ketiga, game FPS (First Person Shooter) seperti Valorant dan CSGO. Game FPS memberikan pengalam kepada para pemain untuk menjadi seorang pejuang dalam peperangan. Game FPS menempatkan sudut pandang pemain seolah-olah melihat langsung melalui mata karakter yang dikendalikannya. Sebagian besar game FPS menggabungkan mode pemain tunggal (single-player) dengan alur cerita serta mode multipemain (multiplayer) yang memungkinkan pemain bertarung melawan pemain lain secara daring.