Mohon tunggu...
Aimee Aimee
Aimee Aimee Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dan Batu Karang Itupun Runtuhlah.... (Bagian 18)

6 Juni 2012   09:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:20 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338974137670420384

[caption id="attachment_181126" align="aligncenter" width="400" caption="kamar-asik.blogspot.com"][/caption] Jam menunjukan pukul 5 kurang 5 menit. Meili membereskan pekerjaannya, lalu bersiap-siap untuk pulang. Hari ini dia sudah janji akan mengajak Rio ke rumah sakit menjenguk Bimo yang sudah 2 hari dirawat karena Typus dan gangguan lambung. Meili bergegas keluar kantor, karena tadi sempat dilihatnya Pak wid sudah menunggu di parkiran kantor. Pak Wid  yang melihat Meili datang bergegas membukakan pintu untuk Meili "Ma kasih pak" kata Meili tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil. "Mama.." suara Rio menyambutnya di dalam mobil. "Iya sayang, apa Rio nakal hari ini?" tanya Meili sambil memeluk Rio yang segera pindah duduk di pangkuan Meili "Engga. Aku engga nakal kok. Iya kan pak Wid.. aku gak nakal kan hari ini?" tanya Rio sambil menatap penuh harap kepada pak Wid. "Iya.. den Rio enggak nakal kok. Den Rio baik" sahut pak Wid sambil tetap menatap lurus kearah jalan raya yang mulai terlihat macet. Dari suaranya terdengar nada sayang pada bocah cilik ini. "Wahhh.. anak pinter" kata Meili sambil membelai kepala Rio. Sejak Bimo di rawat di rumah sakit, tugas merawat Rio jatuh kepada pak Wid, karena si mbah lebih banyak berada di rumah sakit menunggui Bimo. Hanya malam hari saja si mbah pulang untuk beristirahat. ******** "Halo sayang, apa kamu nakal hari ini?" tanya Bimo saat dilihatnya Rio, Meili dan pak wid yang baru saja masuk kamar tempat dia di rawat. Rio segera berlari menuju tempat tidur Bimo. "Aku gak nakal kok, tanya aja sama mama dan pak Wid. Papa kapan pulangnya?" tanya Rio sambil berjinjit disamping tempat tidur Bimo yang masih terlalu tinggi untuk bocah kecil ini. Melihat hal ini, Meili segera mengangkat tubuh Rio dan mendudukannya diatas ranjang. "Nanti kita tanya sama pak dokter ya" jawab Bimo sambil mengelus wajah Rio yang sibuk memperhatikan jarum infus ditangan ayahnya itu sambil mengerutkan dahinya. "Dulu aku juga pakai itukan ya ma.." katanya pada Meili sambil menunjuk jarum infus. "Iya, dulu Rio juga diinfus" sahut Meili yang masih berdiri disamping Rio untuk menjaga agar Rio tidak jatuh dari atas ranjang. "Ma kasih ya Mei, sudah mengajak Rio kesini. Aku kangen sekali padanya" kata Bimo sambil mencium tangan mungil Rio. "Sama-sama mas. Gimana kabarmu hari ini?" tanya Meili pada Bimo. "Sudah jauh lebih baik, terima kasih" jawab Bimo tanpa menoleh karena sedang bermain bersama Rio. Meili menoleh kearah si mbah. Dilihatnya si mbah sedang bercakap-cakap dengan pak Wid. "Mama.. aku mau main di taman yang di luar itu yaa" kata Rio sambil berusaha untuk turun dari tempat tidur. "Loh, tadi katanya mau ke rumah sakit mau main sama papanya, kok sekarang malah mau main di taman?" tanya Meili sambil cepat-cepat membantu Rio turun. "Iyaa.. nanti aku main sama papa lagi, sekarang aku mau main di taman dulu yaa. Mama temani papanya, aku mainnya sama si mbah dan pak Wid aja" kata Rio dengan mimik wajah serius bak orang tua. "Ayo mbah.. pak Wid kita main di taman dulu" kata Rio sambil menarik tangan si mbah dan pak Wid lalu mereka bertiga berjalan keluar ruangan. "Rio.." panggil Bimo. Yang dipanggil tidak menoleh, melainkan terus berjalan sambil menarik tangan si mbah dan pak Wid. "Duh.." batin Bimo bergetar. **Bersambung**

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun