Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Musim Gugur Startup di Depan Mata

4 April 2019   14:23 Diperbarui: 5 April 2019   12:11 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Startup by rubygarage.org

Maret kelabu. Itu mungkin frasa paling tepat menggambarkan dunia startup tanah air. Bagaimana tidak, Qlapa, startup kebanggaan Indonesia yang mengusung misi sosial ekonomi untuk mengangkat muruah (baca : marwah) kerajinan lokal, harus mengakhiri operasinya. 

Qlapa menyatakan undur diri. Pamit dari jagat industri digital tanah air sembari mengibarkan bendera putih. Padahal, e-commerce bagi kerajinan lokal ini pernah diganjar pujian dari Forbes Asia sebagai startup yang punya masa depan cerah. Qlapa juga mendapat award dari Google. 

Lantas, mengapa Qlapa yang diprediksi punya masa depan cerah gugur di arena persaingan? Apakah tumbangnya Qlapa bakal diikuti oleh startup lain? Beberapa waktu lalu, saya menulis kolom ihwal tema ini di harian Republika. Berikut saya sajikan kembali artikelnya untuk pembaca Kompasiana. 

***

Ledakan industri digital ternyata tak semanis yang dikira. Dagang daring sebagai lokomotif industri digital di Indoensia yang bertabur primadona, tak luput dari kabar duka. Telah banyak usaha rintisan yang bernasib nelangsa.

Ada yang harus merelakan diri diakuisi demi eksistensi. Beberapa yang lain mencoba bertahan meski dengan langkah tertatih. Tak sedikit yang terpaksa menutup operasi.

Terbaru, jagat ekonomi digital tanah air dikejutkan oleh kabar startup Qlapa yang mengibarkan bendera putih. Startup lokal ini mengusung gagasan ekonomi dan pemberdayaan sosial sebagai misi. Menjadi platform marketplace bagi produk kerajinan dalam negeri. Qlapa sempat disebut-sebut oleh Forbes Asia sebagai startup dengan pertumbuhan penuh impresi. Diramal memiliki masa depan sarat potensi. Anugerah sebagai aplikasi mobile 'Hidden Gem' dari Google Play juga pernah diraih. Namun kini ceritanya berganti. Qlapa tersisih dari panggung kompetisi.

Qlapa bukanlah startup pertama dan terakhir yang terempas dari arena industri digital. Di Indonesia, telah ada lusinan startup yang terpental. Dari startup lokal hingga pemain global. Bahkan tak sedikit yang pernah disanjung puji serta digadang-gadang bakal eksis untuk jangka panjang, kini justru tersungkur dan masuk dalam daftar startup yang gagal.

Melihat fenomena tumbangnya beberapa startup di tanah air, mencuat pertanyaan yang selalu berulang. Mengapa mereka bernasib malang? Padahal ledakan pertumbuhan industri digital amat mengagumkan. Google dan Temasek meramal nilai industri digital Indonesia pada tahun 2025 mencapai Rp1.453 triliun pada tahun 2025 mendatang.

Nilai kue ekonomi super jumbo itu mestinya dinikmati para pelaku industri digital. Maka menjadi anomali ketika banyak startup yang berguguran. Sebab pada saat yang sama, startup lain toh tetap sukses menjelma menjadi raksasa. Bahkan mengembangkan layanan dalam aneka varian produk barang ataupun jasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun