Mohon tunggu...
Jusak
Jusak Mohon Tunggu... Konsultan - Pelatih Hukum Ketenagakerjaan Pro Bono dan Direktur Operasional di Lembaga Pendidikan

Memberi pelatihan kasus-kasus ketenagakerjaan berdasarkan putusan hakim, teamwork, kepemimpinan. Dalam linkedin, Jusak.Soehardja memberikan konsultasi tanpa bayar bagi HRD maupun karyawan yang mencari solusi sengketa ketenagakerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Usai Demosi yang Menyita Kemanusiaan, Pergi atau Tetap Tinggal?

28 Januari 2023   21:02 Diperbarui: 28 Januari 2023   21:09 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepertinya bukan sebuah tindakan fenomenal, Wali Kota Medan Bobby Nasution melakukan demosi terhadap 3 pejabat eselon II menjadi eselon III di awal Januari lalu. Namun bagi karyawan yang terkena demosi atau diubah statusnya ke jenjang yang lebih rendah, kejadian ini sebuah pengalaman luar biasa menyakitkan. Ada ribuan kasus demosi yang dicatat dalam halaman keputusan MA. Demosi itu sendiri diatur tidak secara rinci dalam Undang-undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 161 ayat (1) dan (2). Serta Pasal 92 ayat (1) dan (2) pada undang-undang yang sama, seolah kewenangan ini diserahkan sepenuhnya ke tangan perusahaan. 

DEMOSI, KETIDAK ADILAN ATAU PEMBINAAN?

Bagi karyawan yang mengalami demosi dan seringkali diikuti turunnya gaji, pengalaman ini dirasakan sebagai ketidak adilan, sakit hati, bahkan merenggut kemanusiaan. 

Tidak pernah ada laporan, karyawan menjadi gembira atas pembinaan melalui demosi. Bukan hanya demosi, sebenarnya banyak tindakan atasan yang tidak dirasakan adil oleh karyawan. Apa Anda sendiri pernah mengalami ketidakadilan dan rasa sakit hati di perusahaan? Tindakan itu bisa dilakukan oleh atasan, rekan kerja, atau ada kalanya oleh bawahan Anda. Mungkin hal-hal kecil yang tidak menyenangkan Anda dan tetap harus ditanggung, tidak Anda rasakan. Namun suatu kali Anda tidak tahan dan meledak.

Seperti sepasang suami istri yang berharap mendapat bayi cantik, ternyata bayi yang dilahirkan tidak sempurna. Mereka tidak berharap itu, tapi harus menanggungnya. Pepatah mengatakan 'Tuhan tidak memberi Anda lebih dari yang bisa Anda tangani.' Ada benarnya kata-kata bijak itu. Anak-anak tidak sempurna itu hadiah, tetapi atasan dan rekan kerja tidak ditakdirkan sebagai hadiah.

Bila demosi menyakitan hati itu terjadi, pertanyaannya apa Anda harus move on ke perusahaan lain atau tetap bekerja disitu? Sebelumnya mari melihat dari suatu sudut pandang, terutama saat Anda tidak bisa menghindar. Ketidakmampuan untuk menghindar dan bertahan di pekerjaan, bisa menjadi jalan masuk untuk menemukan makna baru untuk hidup ini.

MENEMUKAN MAKNA BARU

Mari melihat kasus Harti di Palembang (1). Sampai tahun 2021, Harti sudah 6 tahun menjabat sebagai manajer keuangan. Tiba-tiba bosnya diganti dan Harti pun dipindah menjadi manajer IT. Tanpa negosiasi dan tanpa pengalaman, Harti harus memimpin departemen IT dan kegembiraan Harti direnggut. Bagi Harti, situasi ini adalah kesulitan hidup dan membuatnya trauma.

Bagaimana bila trauma terjadi pada Anda? 

Maka Anda perlu dengan sadar mengambil trauma dan jadikan kesulitan hidup itu bagian dari diri Anda saat ini untuk menjadi versi diri Anda yang lebih baik. 

Anda perlu mencari sisi penting peristiwa terburuk dalam hidup Anda untuk membuatnya menjadi narasi kemenangan. Dengan begitu, kelak Anda menunjukkan diri yang lebih kuat dan bijaksana dalam menanggapi hal-hal yang menyakitkan. Proses dan tindakan itu disebut menemukan makna baru.

Mencari sisi penting itu adalah proses menemukan makna baru. Menemukan makna baru adalah tentang mengubah diri sendiri dan cara pandang tentang suatu kejadian. Menemukan makna baru bukan membuat yang salah menjadi benar. Tapi tentang membuat apa yang salah menjadi berharga.

Namun Harti tidak mencari sisi penting itu, tidak menemukan makna baru atas mutasinya. Dalam 2 bulan setelah mutasi, Harti tidak masuk lebih dari 20 hari dan terlambat lebih dari 30 kali. Dalam hal ini Harti tidak menciptakan makna baru, tidak membuat trauma itu berharga, tapi lari dari kenyataan. Tidak ada karyawan, rekan dan atasan yang menghargai tindakan Harti. Atas tindakan Harti, perusahaan selanjutnya melakukan demosi atas Harti dan menurunkan gajinya 50%.

Tidak demikian dengan kasus Iful di Jakarta yang langsung dikenakan demosi (2). Perusahaan melakukan demosi berdasarkan alasan rasionalisasi. Bukannya melakukan tindakan indisipliner atau melawan tanpa aturan atas putusan tak adil itu, Iful tetap bekerja. Ia memahami tindakan indisipliner dan perlawanan seenaknya tidak menghapus masalah.

Ma Thida, seorang tahanan politik terkenal di Myanmar yang hampir mati di penjara berkata ia berterima kasih kepada para sipirnya untuk waktu yang dia miliki untuk berpikir, karena kebijaksanaan yang diperolehnya, untuk kesempatan mengasah keterampilan meditasinya.

Pemerintah menyita kemanusiaan Ma Thida, tapi ia telah menemukan makna baru. Ia berkata: "Kenyataan bahwa telah terjadi pergeseran dan perubahan di politik ini tidak menghapus masalah yang terus berlanjut di masyarakat. Kami belajar melihat dengan sangat baik saat kami berada di penjara." Pendukungnya menghargai dia dan terus memberinya semangat. Apa yang salah menjadi berharga.

MENEMUKAN MAKNA TAPI MASIH MARAH

Harti mungkin menemukan makna baru atas kejadian mutasinya, tapi ia masih marah sekali. Harti tidak dipenjara, tapi telah mengalami prasangka dan bahkan kebencian. Andai Harti belajar terus menjadi manajer IT dan disiplin, perusahaan mungkin tidak melakukan demosi.

Kemudahan membuat Anda kurang berjuang. Tapi kemalangan mendorong pencarian Anda akan makna hidup ini. Belajarlah menikmati kelemahan. Menemukan makna baru agar membuat apa yang salah menjadi berharga.

Terkadang, menemukan makna baru dapat memberi Anda kosakata yang Anda butuhkan untuk memperjuangkan kebebasan tertinggi Anda. Bahwa penindasan melahirkan kekuatan untuk menentangnya. Dan Anda secara bertahap memahami itu sebagai landasan identitas. Butuh identitas untuk menyelamatkan Anda dari kesedihan.

Harti dan Iful akhirnya menuntut perusahaan tempatnya bekerja di pengadilan, agar tidak didemosi. Hakim berpendapat bahwa perusahaan Harti sudah melakukan tindakan benar, karena Harti tidak disiplin. Karyawan harus menerima mutasi dan wajar di demosi bila indisipliner. Harti ingin menang melawan trauma, tapi gagal, kalah di pengadilan dan harus tetap menerima demosi itu. Sebaliknya Iful yang berjuang, menang. Hakim berpendapat perusahaan melakukan tindakan sewenang-wenang dan membebaskan Iful dari tuduhan kesalahan.

VERSI DIRI YANG LEBIH BAIK

Kebanyakan karyawan yang mengalami demosi, cepat atau lambat pergi meninggalkan perusahaan. Pertanyaannya bukan tetap tinggal di perusahaan atau pergi. Tapi saat Anda masih tinggal, apa Anda sudah menjadi Anda dengan versi lebih baik? 

Anda akan memiliki kehidupan yang lebih mudah jika hidup Anda lurus-lurus saja, tapi Anda tidak akan menjadi Anda dengan versi lebih baik. Seperti Ma Thida, Iful dan banyak orang berhasil menjadikan dirinya ke versi lebih baik. 

Selalu ada seseorang yang ingin menyita kemanusiaan Anda. Dan selalu ada cerita yang mengembalikannya. 

Jika Anda hidup dengan keras, Anda bisa mengalahkan kebencian, dan memperluas kehidupan semua orang. Dan kemudian undang dunia untuk berbagi kegembiraan Anda.

(1) Sumber dari putusan nomor 80/Pdt.Sus-PHI/2022/Pn.Plg

(2) Sumber dari putusan nomor 511 K/Pdt.Sus-PHI/2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun