Mohon tunggu...
Atthoriq ChairulHakim
Atthoriq ChairulHakim Mohon Tunggu... Mahasiswa Antropologi Budaya ISI Padangpanjang

Menyukai hal-hal yang berbau literasi seperti menulis, membaca terkait seni dan budaya, sosial, politik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Retakan Keramik, Memori yang Bertutur di Museum Adityawarman

3 Oktober 2025   15:45 Diperbarui: 3 Oktober 2025   15:42 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beragam keramik yang ditampilkan saat Pameran Temporer yang diselenggarakan oleh UPTD Museum Adityawarman (02/10). Sumber: Atthoriq Chairul Hakim

"Untuk mengantisipasi bencana yang mungkin saja terjadi, seperti tsunami atau gempa, hendak disediakan tempat safety untuk melindungi benda-benda museum seperti keramik".

"Atau dialihkan ke tempat aman, jauh dari bibir pantai", harap Tuti.

Beberapa keramik yang dipamerkan menarik perhatian pengunjung dan membuat penasaran akan nilai sejarah dan budaya yang dikandungnya. Sejarah yang dimaksud di sini adalah bagaimana keramik dengan retakan tersebut mengisahkan sebuah peristiwa besar yang terjadi di masa lalu yaitu gempa 30 September 2009.

Salah satu koleksi yang mencuri perhatian adalah sebuah guci dari Dinasti Ming yang permukaannya menampilkan retakan besar namun tetap kokoh. Benda ini bukan hanya indah secara estetis, tetapi juga menyimpan kisah perjalanan panjang sebelum akhrinya menjadi bagian dari koleksi museum.

Makna Retakan dan Ingatan Gempa

Lebih dari sekadar benda seni, keramik dalam pameran ini dihadirkan sebagai metafora. Sifat keramik yang rapuh dan mudah retak mencerminkan kehidupan manusia yang penuh ketidakpastian. Namun, sebagaimana keramik yang tetap bertahan meski retak, masyarakat pun bisa bangkit dari luka.

Kunjungan murid Sekolah Dasar ke Museum Adityawarman untuk menyaksikan benda-benda museum, salah satunya pameran temporer keramik (02/10). Sumber: Atthoriq Chairul Hakim
Kunjungan murid Sekolah Dasar ke Museum Adityawarman untuk menyaksikan benda-benda museum, salah satunya pameran temporer keramik (02/10). Sumber: Atthoriq Chairul Hakim
Museum sebagai Ruang Refleksi

Dalam beberapa tahun terakhir, Museum Adityawarman berupaya menghadirkan pameran yang tidak hanya memerkan benda koleksi, tetapi juga membuka ruang refleksi. Koleksi keramik kali ini menjadi sarana untuk mengajak pengunjung merenung tentang warisan budaya sekaligus tentang ketangguhan menghadapi bencana.

Bagi generasi muda, pameran ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran bahwa museum bukanlah ruang mati, melainkan ruang dialog antara masa lalu dan masa kini. Keramik yang retak mengajarkan bahwa sesuatu yang rapuh sekalipun bisa tetap bertahan dan bercerita, selama ada yang mau merawat dan mendengarkan.

Secercah Harapan untuk Masa Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun