Pasca perang kemerdekaan sejumlah anggota militer Belanda yang punya kenangan terhadap pemandian Cihampelas hanya bisa pasrah. Â Kolam renang megah di mana militer Belanda punya kontribusi mencetak atlet renang buat Negeri Belanda bukan lagi milik mereka.
Pasca perang kemerdekaan para atlet ini keluar dari militer. Sekarang hampir semua perenang militer telah menghilang dari panggung Indonesia dan mereka sekarang kembali ke Belanda atau ke Australia.
Pada Juni 1950 mereka mengikuti kompetisi terakhir di pemandian Cihampelas sebelum pulang. Di antara mereka terdapat nama Frits Ruimschotel, Jaap Reekers dan penjaga gawang polo air Schalkwijk. Juga para istri militer ikut kompetisi pada 17 dan 18 Juni 1950.
Artikel bertajuk "De Internationale Militaire Kampioenschappen 1950 " dalam Majalah Zwemkroniek 25 Agustus 1950 Â melaporkan hasil yang dicapai sangat buruk sehingga tal layak dibahas di Swimming Chronicle.
Pada nomor renang 100 mete gaya bebas putra, dimenangkan oleh Max Maassen (Z.V.M.) dengan waktu 1.08.0, atau gaya punggung 100 meter putri, di mana ddca Saris (Z.V.M.) adalah satu-satunya peserta dengan waktu 1.48.8 detik.
Pada masa Republik pun kolam renang menjadi ikon utama Jalan Cihampelas di tengah pemukiamaan rumah bergaya Eropa dan perkampungan, dengan beberapa kantor seperti Biro Insiyur Kamu Trading LTD Welter and Co di Jalan Cihampelas nomor 22 dan Javaco Prima Kofie di Jalan Cihampelas yang rajin memasang iklan di Preanger Bode apada 1950-an.
Kolam Renang Cihampelas menjadi tempat demonstrasi internasional Pada September 1954, De Locomotief 29 September 1954 dan Pikiran Rakjat 18 September 1954 melaporkan demonstrasi kemahiran peloncat indah kelas dunia  dari Amerika Serikat di kolam renang ini bernama Sammy Lee.
Peloncat indah dan juga penyelam kelahiran 1 Agustus 1920 ini menyabet medali emas di Olimpiade London 1948 dan  Olimpiade Helsinki pada papan 10 meter.
"Banyak penonton di kolam renang Bandung TChampelas selama beberapa saat, terengah-engah dengan bakatnya. Siapa pun yang menonton melihat Lee memiliki lompatan yang halus dan seimbang hinagga mereka bertanya apakah atet dengan teknik control tubuh ayang laur biasa ini atlet atau penari." (Locomotief, 29 September 1954).
Lee memperagakan keterampilannya pada lompatan papan tiga meter dan menara lima meter. Selain Lee atlet Indonesia asal Bandung Carla Oen dari klub Aquarius memperagaaakan kemahiran renangnya pada nomor 400 meter gaya bebas putri dengan mencetak waktu 6 menit 28 detik.
Pada 1950-an Kolam Renang Cihampelas menjadi tempat mencetak atlet. Pada April 1956 kolam renang ini menjadi tempat seleksi untuk wakil Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956. Â
Pada Kejuaraan Renang Indonesia April 1956  tersebut  jagoan perenang putri dari Bandung Carla Oen memenangkan 100 meter gaya bebas putri dengan catatan waktu1 menit 20, 5 detik.
Oen  mengalahkan Martha Gulton  dengan 1 menit 24, 6 detik dan Lie Ying Hua 1 menit 24,1 detik. Namun ketiganya terpaut jauh dari waktu terbaik dunia 1 menit 7,01 detik waktu itu. Â
Namun Martha dan Ria mengalahkan Oen pada seleksi kedua di Medan. Â Sumber : Star Weekly 7 April 1956.
Lolos ke Olimpiade Martha Gultom dari Tirta Kencana Jakarta untuk 100 metre gaya punggung dan Ria Tobing Gaya Dada Putri, sementaranya putranya diwakili Habib Nasution.
Baca: Inspirasi Jawa Barat 1950-an Carla OenÂ
Pada 1950-an terdapat dua kolam renang di Kota Bandung yang jadi favorit yaitu Centrum di Jalan Belitung selain Cihampelas. Nah, menurut Terry Rinayanti, salah seorang warga Bandung yang bersekolah di SMAN 3 Belitung era 1960-an, pada masa itu anak-anak SMAN 3 Bandung kalau berenang di Centrum dan anak-anak SMA 2 di  pemandian di Cihampelas.
"Saya kalau ke kolam renang itu pernah memotong  dari  Tamansari ke Cihampelas lewat sebuah lembah di mana masih banyak perkampungan. Pada waktu itu 1960-an masih terasa bandung banget dingin dan asri," ucapnya ketika saya hubungi, 5 Juli 2025.
Warga Bandung lainnya Supardiyono Sobirin seorang aktivis lingkungan Tatar Sunda menyebut kolam renang Cihampelas tepat dia belajar berenang.
"Sewaktu saya masih kuliah di ITB 1964, kolam renang ini mantap dan belum ada toko-toko atau gerai," ujar dia kepada saya 5 Juli 2025.
Terry juga membenarkan kawasan Cihampelas masih banyak rumah dan paling ada industri rumahan jualan camilan keripik, oncom raos, serta umbi.
Kolam renang ini menjadi favorit sejak masa Hindia Belanda karena mengambil sumber air langsung dari gunung. Sementara kolam renang lain pakai kaporit.
Adang Gumilar, senior saya di Majalah Sinar waktu kuliah di Fikom Unpad 1970an memastikan Cihampelas masih banyak rumah dengan arsitektur Belanda. Hanya ada satu atau dua toko.
"Sentra jins baru mulai sejak pertenagahan 1980-an dan booming pada dekade setelahnya," ujar dia.
Penelitian yang dilakukan Mia Andani Gunawan dan Yasmin Surianyah dari  Jurusan Arsitektir Universitas  Katolik Parahyangan terait pelebaran jalan  dan pemunduran massa bangun vertical (2018) membenarkan bahwa Jalan Cihampelas hingga 1970-an masih merupakan kawasan hunian bahkan belum ada pembangunan bertingkat.  Hingga akhirnya menjadi kawasan komersial termasuk juga pemanfaatan ruang secara vertikal pada dekade selanjutnya.
Saya ketika masih kecil diajak orangtua ke Bandung era 1970-an dan awal 1980-an belum merasakan ada yang istimewa di kawsan Cihampelas ini.Â
Saya baru menikmati suasana pasar jins pada 1990an hingga 2000-an. Cihampelas bahkan jadi favorit wisatawan asal Malaysia. Â Sayang belum sempat menikmati berenang di pemandian Cihampelas yang akhirnya menyerah terhadap komersialisasi.
Irvan Sjafari
Sumber Foto: https://bandungkita.id/2024/04/27/sejarah-pemandian-cihampelas-kolam-renang-pertama-di-indonesia-peninggalan-belanda/Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI