Mendaki gunung bukan lagi didominasi para pencinta alam tetapi juga wisatawan dari berbagai kalangan masyarakat mulai anak sekolah, karyawan kantor hingga kalangan selebritas yang tidak punya latar belakang pendidikan pencinta alam.Â
Motivasi  mereka mendaki gunung didorong alasan healing untuk meredam stress dan kesuntukan, namun ada juga ingin menunjukkan talut tertinggal tren atau yang dikenal sebagai fear of missing out (FOMO).
Bagi bermotivasi terakhir ini ada terasa keren bisa mengupload foto dan video mereka mendaki gunung, terutama gunung-gunung yang populer seperti Gunung Gede, Gunung Slamet, Gunung Prau, hingga Gunung Rinjani.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Yarman mengakui bahwa jumlah pendaki pada 2024 menembus angka 189 ribu dan meningkat dari 2023 yaitu 140 ribu pendaki. Itu baru Gunung Rinjani yang datanya bisa saya dapatkan.Â
Baca: Â Suara NTBÂ Â
Sayangnya tidak semua pendaki  paham soal bagaimana menjaga kebersihan gunung yang paling mendasar yaitu tidak membuang sampah sembarangan.
Akibat tren mendaki gunung yang sebetulnya sudah banyak dilakukan untuk gaya-gayan ini- memberikan para rangers dan relawan pekerjaan tambahan yaitu membawa sampah dari atas gunung.
Nah, untuk itu Yayasan Wanadri  menggelar kegiatan edukasi konservasi tentang pengelolaan dan pengolahan sampah di Basecamp pendakian pada 5-7 Mei 2025 di Kampus II Wanadri Institute.
Kampus ini terletak di kawasan Taman Buru Masigit Kareumbi, Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten  Sumedang, Jawa Barat.
Menurut ketua pelaksana kegiatan Ayu Purmatasari Yayasan Wanadri berupaya untuk berkontribusi memberikan solusi atas permasalahan tersebut dengan mengajak para pengelola basecamp sebagai garda terdepan kawasan serta para pegiat pendakian agar memperoleh wawasan serta pemahaman yang berwawasan lingkungan dalam merespon permasalahan tersebut.