Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terkena Hipotermia Ketika Mendaki Gunung, Apa yang Harus Dilakukan?

11 Maret 2025   20:45 Diperbarui: 12 Maret 2025   00:42 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anggota senior  Wanadri lainnya dr. Ratih Citra Sari menyampaikan kalau menemukan seorang pendaki yang terancam terkena hipotermia diberikan minuman hangat dan manis untuk membantu metabolisme menghasilkan panas, menghindari  pemberian minuman beralkohol.

Pemberian alkohol dapat meningkatkan risiko hipotermia karena beberapa efek fisiologis berikut Vasodilatasi Perifer.  Dalam hal ini alkohol melebarkan pembuluh darah, meningkatkan aliran darah ke kulit.

"Ini membuat tubuh terasa hangat sementara, tetapi sebenarnya menyebabkan lebih banyak panas tubuh keluar," ujar Ratih ketika saya hubungi.

Pemberian alkohol juga menyebabkan gangguan regulasi duhu.  Alkohol mempengaruhi hipotalamus, bagian otak yang mengatur suhu tubuh, sehingga tubuh sulit mengenali dan merespons paparan dingin.

Selain itu alkohol mendorong penurunan respons menggigil. Padahal menggigil adalah mekanisme tubuh untuk menghasilkan panas, tetapi alkohol dapat menekan refleks ini, sehingga suhu tubuh lebih cepat menurun.

"Yang terakhir alkohol malah meningkatkan risiko kehilangan kesadaran. Orang yang mabuk lebih rentan pingsan di lingkungan dingin, yang bisa menyebabkan paparan dingin berkepanjangan dan meningkatkan risiko hipotermia berat," ungkap Ratih.

Hipotermia tak disengaja adalah penurunan suhu tubuh inti di bawah 35C secara tidak sengaja (suhu tubuh inti normal adalah 37C). Meskipun sejumlah besar kematian terkait hipotermia tak disengaja terjadi setiap tahun di seluruh dunia, terdapat ambiguitas tentang cara mengangkut dan merawat pasien yang terkena kondisi tersebut dengan tepat.

Baca:  Hypothermia: Coming out of the cold  

Hipotermia memang  merupakan ancaman yang  kerap dihadapi  bagi mereka yang suka mendaki gunung. Data dari pegunungan tertinggi di dunia menunjukkan bahwa hipotermia adalah salah satu penyebab kematian paling umum pada pendaki gunung, kedua setelah trauma dan penyakit ketinggian.

Emily Procter, Hermann Brugger dan Martin Burtscher dalam penelitian bertajuk "Accidental hypothermia in recreational activities in the mountains: A narrative review" diterbitkan di Scadinalvian Journal of Medcine and Science  pada 11 September 2018  mencatat hipotermia merupakan penyebab kematian pada 5,7% atau 11 dari 92 kematian yang terjadi di atas base camp di Gunung Everest pada periode 1921-2006 dan 5 di antara 33 dari kematian di Taman Provinsi Aconcagua antara 2001 dan 2012

 Di Indonesia,  hipotermia  yang menyebabkan kematian pendaki kembali  mencuat meninggalnya dua pendaki perempuan Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono dalam sebuah ekspedisi  di Puncak Cartenz Pyramid, Kabupaten  Mimika, Papua Tengah, awal Maret 2025.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun