"Puspa Indah Taman Hati" (2023) memang tragedi romantis namun manis. Â Cinta pertama memang manis, tetapi tidak harus menang karena garis nasib yang tidak bisa ditebak. Saya menganggap versi ini sebagai film sendiri yang berbeda dan milik zaman sekarang sekalipun settingnya era lalu.
Bagi saya "Puspa Indah Taman Hati" (2023) tamparan bagi sistem feodal dalam masyarakat yang harusnya sudah usang. Saya kira tidak akan pernah tejadi lagi di era sekarang dengan digitalisasi yang jauh lebih pongah. Era 1980-an memang era feodal masih digaya, karena orang-orang zaman sebelum perang masih hidup. Â
Kalau saja Galih dan Ratna hidup di era medsos, betapa hebat pun  ayah Ratna memagari secara fisik, tetapi tidak akan bisa menghalangi komunikasi keduanya lewat Facebook, Instagram, WA. Jangankan berjauhan kota, karena antar negara saja medsos membuat jadi lebih dekat.
Jangan lupa perempuan sekarang punya kesempatan  lebih mandiri untuk memberikan pilihan terutama  perempuan datang dari kalangan yang terdidik.
"Puspa Indah Taman Hati" 2023 memperlihatkan sosok  Marlina adalah perempuan yang lebih bebas dari budaya patriaki, sementara Ratna masih terkukung dan masih menganggap laki-laki adalah penyelamat. Â
Soal akting, Prilly Latuconsina lebih berhasil memerankan yang Marlina yang mandiri, ceria dan tegas. Sementara Yessy Gusman lebih berhasil jadi Ratna yang anggun. Itu pendapatku. Â Sementara Yesaya Abraham berhasil menjadi Galih Rakasiwi yang baru dan bebas dari sosok Rano Karno.
Irvan Sjafari
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI