Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kolaborasi Mahasiswa ITB-Komunitas Cika-cika Kelola Maggot di Dago Pojok, Bandung

23 Maret 2024   05:19 Diperbarui: 23 Maret 2024   05:22 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiri ke kanan: Muhammad Aufa Rahdi Sirait, Seranti Ninan Nury, dan Hasna Khadijah-Foto: Situs ITB

Tragedi Leuwigajah pada 2005 hingga kasus terbakarnya TPA Sarimukti pada Agustus 2023  berimbas pada darurat sampah di kota Bandung sudah cukup menggugah kesadaran warga betapa pentingnya mengelola sampah di hulu.

Gerakan pemilahan sampah hingga mengelola sampah organik diinisiasi dari akar rumput.  Di antara mereka terdapat  tiga mahasiswa  Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan  Institut Teknologi Bandung (FTSL -ITB) menginisiasi program pengelolaan sampah organik dengan maggot Black Soldier Fly (BSF).

Muhammad Aufa Rahdi Sirait, Hasna Khadijah, dan Seranti Ninan Nury berkolaborasi dengan . Komunitas Cika-cika: pegiat lingkungan, kesenian, dan kebudayaan Sunda.

Terobosan yang mereka lakukan berawal dari  keikutsertaan mereka dalam  "Ideathon Inovasi Sosial S2Cities 2023: Muda Urun Ide untuk Kota Bandung" pada Mei 2023.

Dalam gelaran yang diadakan World Resources Institute (WRI) Indonesia itu, ketiganya yang tergabung dalam tim Amreta.

Tim ini  menjadi pemenang kedua dengan fokus pada topik pengelolaan sampah organik dengan maggot BSF.

Anak-anak Amerta ini menyadari berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2022 komposisi sampah dominan adalah sampah sisa makanan dan mayoritas berasal dari rumah tangga.

Mereka pun merumuskan solusi berupa pengelolaan sampah organik dengan maggot BSF di rumah maggot, yang kemudian diberi nama Imah Maggot Bantaran.

Imah Maggot Bantaran tepatnya berlokasi di RT 04, RW 03, Dago Pojok, Kecamatan Dago, Kota Bandung.

Kegiatan pengelolaan sampah di Imah Maggot Bantaran sudah dimulai sejak Januari 2024 hingga saat ini mengelolah total sampah sisa makanan hampir satu ton.

Jauh sebelum itu, pada 2023, tim Amreta sudah melakukan perencanaan dan berdiskusi langsung kepada praktisi dan komunitas untuk pengelolaan sampah organik ini.

Menurut Hasnah 44% sampah kota Bandung terdiri dari sisa makanan dan lebih dari 50% sampah kota Bandung berasal dari rumah tangga. Lantas, bagaimana cara mengatasi sampah organik di Kota Bandung, khususnya sampah makanan yang berasal dari rumah tangga?

Menurut Hasnah Khadidjah , dia bersama Muhammad Aufa Rahdi Sirait, Seranti Ninan Nury  memulai petualangan dengan pertanyaan tersebut.

Di dekat Sungai Cikapundung, di Dago Pojok, banyak ibu rumah tangga yang mengeluhkan sampahnya. Mereka tidak punya pilihan selain membakar sampahnya, membuangnya ke sungai, atau menguburnya.

"Selama perjalanan, kami bertemu Komunitas Cika-Cika yang aktif membersihkan sungai. Kami bertemu Kang Adi, anggota Cika-Cika yang memiliki pengalaman menjalankan black Soldier Fly (BSF). pengelolaan sampah di Majalengka," papar Hasnah.

Program pembangunan dan peralatan Imah Maggot Bantaran mendapat dukungan dari WRI Indonesia.

Sementara untuk perencanaan program didukung The Local Enablers. Dalam prosesnya, tim Amreta berkolaborasi dengan tokoh dan masyarakat setempat.

Imah Maggot Bantaran berfokus pada pengelolaan sampah sisa olah dapur (SOD) dari masyarakat sekitar.

Saat ini sudah lebih dari 50 kepala keluarga yang mengikuti pengelolaan sampah sisa makanan tersebut.

Sebelum ke tahap pengelolaan sampah dengan maggot, masyarakat diberikan edukasi pemilahan sampah di rumah, beragam manfaat maggot BSF.

Warga yang terlibat diberikan ember lima liter sebagai wadah khusus sampah organik.

Hasna menjamin maggot ini tidak menyebarkan penyakit dan seluruh siklusnya dapat bermanfaat.

"Sampah organik yang jumlahnya tinggi merupakan pakan bagi maggot BSF itu sendiri. Larva BSF sendiri bisa makan sampah organik 1-3 kali berat badannya sendiri," ungkap Hasnah seperti dikutip dari situs ITB  dan akun Linkedin S2Cities: Safe and Sound Cities.

Bersama-sama, dengan nama Imah Maggot Bantaran ("Rumah Maggot di Tepi Sungai" dalam Bahasa Sunda), kami menelusuri perjalanan penanganan sampah organik rumah tangga Dago Pojok menggunakan BSF. Kami mengadakan survei dan penilaian, mendidik warga secara intensif, dan melakukan uji coba selama berminggu-minggu dalam menciptakan siklus BSF.

Program ini mendapatkan respons yang baik dari masyarakat dan membuktikan bahwa mereka mau terlibat dalam pemilahan sampah.

"Dari masyarakat merasa terbantu. Awalnya sampah-sampah tercampur, kemudian disediakan wadah pemilahan dan dijemput ke satu titik penjemputan. Itu membantu dan membuat lingkungan di dalam rumah rapi dan tidak bau," ujar Hasna.

Hasna pun berharap program ini dapat menyelesaikan persoalan sampah organik di lingkungan komunitas dan dapat berkelanjutan.

Sementara itu, Muhammad Aufa Rahdi Sirait mengatakan, ke depannya, produk-produk yang dihasilkan dari pengolahan sampah organik dengan menggunakan maggot BSF seperti maggot dan kasgot akan dimanfaatkan untuk kegiatan masyarakat sekitar.

Mereka mencontoh  kegiatan Urban Farming (Buruan Sae) yang sudah berjalan di RT yang sama, menjadi pakan ayam dan perikanan, hingga subtitusi kompos.

Seranti Ninan Nury menambahkan, selain dapat menjadi motivasi untuk orang lain. Dia berharap program ini bisa dilihat hasilnya oleh Pemerintah untuk menjadi alternatif solusi menangani sistem permasalah sampah di Kota Bandung.

"Solusi-solusi kecil seperti ini apabila disatukan dan diintegrasikan dengan sistem yang sudah ada dapat menjadi opsi untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah secara keseluruhan di Kota Bandung," ujarnya.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun