Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilih UMP Naik Terus atau Kebutuhan Hidup Layak Terjangkau

22 November 2021   00:00 Diperbarui: 25 November 2021   18:17 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Foto: www.kompas.com

Harga eceran tertinggi beras untuk jenis medium di Jawa dan Bali Rp9.450 per kilogram dan untuk premium Rp12.800 per kilogram, ini yang layak ya, maka untuk membeli beras saja satu keluarga dikali 36 maka  butuh uang Rp340.200 hingga Rp460.800.    

Karena tadi saya berangkat dari Jawa Barat, maka saya hitung berdasarkan UMP Jabar 2022 yaitu Rp1,841 juta per bulan.  Jadi untuk beras saja, taruhlah yang Rp340 ribu per bulan, tinggal Rp1,5 juta.

Lah, makan nggak pakai lauk dan sayur?  Harga telur di Jawa Barat, di pasar swalayan Depok sekitar Rp23 ribu, pasar tradisional Rp20 ribuan, fluktuatif, tetapi taruhlah Rp20 ribu. Satu kilogram itu ketika saya belanja sekitar 16 butir (rata-rata saya beli 0,5 kilogram atau setara 8 butir).

Kalau keluarga buruh itu makan lauknya telur saja tiga kali maka habis 12 butir atau setara Rp15 ribu. Masa makan telur terus?  Sementara daging ayam menurut harga pangan.id  rata-rata Rp35 ribu (di Jakarta Rp37 ribu) per kilogram untuk satu hari  atau satu ekor menyentuh Rp40 ribu per kilogram. Ikan beragam harganya, tetapi kalau dikira-kira untuk lauk Rp20 ribu per hari.

Untuk sayur Rp5-10 ribu mungkin cukup, bergantung sayurnya.  Jadi sebulan Rp25 ribu x 30 atau Rp750 ribu. Untuk masaknya kan butuh bumbu dapur, minyak goreng dan jangan lupa gas. 

Kalau begitu berapa ya, kebutuhan makan satu rumah tangga yang sederhana. Seorang rekan saya  penjual rokok dekat rumah bilang Rp50 ribu per hari untuk istri dan anaknya yang tinggal menumpang di rumah orangtuanya. Belum kebutuhan dia ya? Taruh begitu.  Maka Rp1,5 juta hanya cukup makan pas-pasan untuk satu keluarga, ayah, ibu dan dua anak.

Kalau mereka kontrak rumah? Rumah petak itu Rp 500-600 ribu itu paling sederhana.  Belum lagi trasport buruh dari rumah ke tempat kerjanya. Biaya pendidikan anak. Lalu tuh keluarga tidak butuh hiburan? Ponsel sekarang sudah kebutuhan, apalagi belajar daring untuk anak. Bayar listrik dan air?

Dengan hitung-hitungan ini, maka kenaikan UMP menjadi Rp1,841 juta saja jika harga kebutuhan pokok tidak naik, maka tidak mencukupi. Hidup sendiri saja tidak akan cukup. Pemerintah, melalui Kemenaker, telah menetapkan upah minimum 2022 naik sebesar 1,09 persen harusnya diikuti kebijakan lain.

Lalu kalau upah buruh Vietnam dibilang lebih rendah atau bahasa politiknya kompetitif.  Harus dilihat dulu berapa biaya hidup di Vietnam dari harga beras saja.  Pada 2019 rata-rata harga beras internasional Thailand sebesar Rp5.898 per kilogram dan Vietnam sebesar Rp 5.090 per kilogram, jauh lebih rendah dari harga beras Indonesia yang sebesar Rp11.355 per kilogram.  Itu karena biaya produksi beras di Indonesia lebih tinggi  sumber: kompas.com

Iya, kalau begitu persoalan sama yang dilontarkan pada 1950, kalau tidak mau menaikan upah buruh, ya turunkan biaya hidup, setidaknya bahan pokok. Jangan sok-sokan mau ikut harga internasional, kalau memang berdampak besar.  Buat biaya transportasi murah, misalnya dengan subsidi bensin untuk angkot, pendidikan gratis minimal sampai SMA, sewa rumah murah.

Akses untuk BPJS Ketenagakerjaan dan kesehatan dipermudah dan diperluas termasuk bagi mereka yang usia pensiun sekalipun.  Biaya pulsa juga murah, karena kebutuhan internet sudah menjadi kebutuhan sekunder, hingga dengan upah Rp1,841 juta itu buruh masih bisa menabung dan mengajak keluarga jalan-jalan, nonton film, beli pakaian baru, hingga liburan dua kali setahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun