Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1962, Menghadapi Wabah Cacar

11 Desember 2018   19:55 Diperbarui: 11 Desember 2018   20:01 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vaksinasi cacar, Foto: het Leven/https://steemit.com/photography/@fotosedjarah/vaksinasi-cacar-di-jawa-1941

Jumlah penderita bertambah lagi menjadi 30 ditemukan di rumah-rumah, karena tidak mau dibawa ke barak.  Pada 10 November 1962 operasi cacar ditutup untuk Kota Bandung. Namun pihak Jawatan Kesehatan Kotapraja Bandung mengumumkan tetap waspada.   

Lain halnya di luar Kota Bandung. Rumah Sakit Banjar sampai dikosongkan dari pasien lain agar bisa menampung pasien cacar.  Hingga November 1962 Masih banyak keluarga yang enggan anak-anaknya divaksin hingga menyembunyikannya di dalam karung.  Di kawasan Cipanas, sebagian penduduk menolak untuk dicacar, bahkan mereka melakukan perlawanan.  

Dokter Samedi Adibrata, salah seorang tenaga medis mengumumkan masih diperlukan 250 ribu ampul vaksin cacar. Dokter ini sudah berpengalaman di rumah sakit darurat sewaktu perang kemerdekaan, merupakan salah satu tulang punggung operasi cacar dari kalangan medis.  Meskipun di seluruh Jawa Barat Bio Farma sudah mengeluarkan 6 juta dos vaksin, tampaknya masih kurang mencukupi untuk menuntaskan vaksinasi.  Pada pertengahan Desember 1962 wabah ini menyerang  Kabupaten Tasikmalaya menjangkiti 282 penderita dan 21 di antaranya meninggal.

Kondisi Infrastruktur Kesehatan 

Paniknya dan ketidaksiapan Pemerintah kota Bandung-apalagi sejumlah daerah lain di wilayah Jabar yang lebih terpencil- menghadapi wabah cacar terletak pada minimnya infrastruktur dan SDM Tenaga Kesehatan. 

Hal ini  diungkapkan Pikiran Rakjat edisi 2 Agustus 1962  bahwa di kota dengan populasi sekitar satu juta penduduk ini hanya punya 120 orang dokter dan 34 dokter gigi.  Itu artinya  sejak 1955 hanya ada tambahan 20 orang dokter.  Hingga September 1962 jumlah dokter gigi saja di seluruh Jawa barat 57 orang ditambah 16 perawat gigi,  berarti lebih dari 60 persen berada di Kota Bandung.

Begitu juga dengan jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit 1: 432.  Kalau kesehatan masyarakat  tidak ada gangguan, kekurangan ini belum mengkhawatirkan, tetapi menjadi masalah besar kalau sampai muncul wabah.      

Beberapa apotek baru bermunculan. Setelah Apotek Situ Aksan berdiri awal 1962, di Wastu Kencana muncul Apotek Maya pada pertengahan 1962.  Dengan demikan jumlah apotek di kota itu mencapai sekitar 30.   Jumlah apoteker di Kota Bandung  melesat menjadi 279 orang dan asisten apoteker menjadi 173 orang (melebihi jumlah dokter).  Bandung pada 1960-an sudah memiliki Sekolah Asisten Apoteker  di kawasan Pasteur dan Jurusan Farmasi yang tergabung dalam FMIPA ITB.

Menurut Trisno Juliantoro, mahasiswa sejarah FIB UI di blognya, erdasarkan sjeumlah sumber sejarah  seharusnya  re-vaksinasi cacar dilakukan 5 tahun sekali. Sistem pencacaran diatur menurut rencana, yaitu tiap juru cacar setiap tahunnya berputar empat kali dalam wilayahnya.  Di daerah yang mengalami gangguan keamanannya tinggi, program ini terganggu. 

Analisis ini pas menjelaskan  mengapa Jawa Barat terjangkit wabah ini dengan korban yang cukup tinggi. Jawa Barat pada pertengahan 1962 baru pulih setelah menyerahnya Kartosuwiryo.  Itu sebabnya  warga yang terjangkit kebanyakan berada di Tasikmala dan Garut yang merupakan basis pemberontakan kartosuwiryo.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun