Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1961| Kelangkaan Gula, Pemakaman Cikadut, Juara Kebersihan

30 April 2018   18:25 Diperbarui: 30 April 2018   18:49 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alun-alun Bandung 1960-an (Sumber foto: https://twitter.com/banyolansunda).

Pada akhirnya sejarah mencatat pemindahakan pemakaman Cikadut tidak pernah terjadi.

Selain soal pemakaman Cikadut, soal pemeliharaan babi di kawasan Ciroyom mencuat. Dalam sebuah sidang DPRD Gotong Royong Kota Bandung dalam  April 1961, Widaningsih (NU), Tubagus H Muhamad Saleh (Islam), Rumiah menghendaki tempat pemeliharaan babi itu dipindah ke luar kota.

Setelah berdebat dengan sengit, wakil Baperki Tjio Peng Liong akhirnya menyetujui pemindahan tempat pemeliharaan babi. Dia sempat mengatakan, peternakan babi itu sudah berusia 39 tahun dan beratus-ratus keluarga kehilangan mata pencarian (Pikiran Rakjat, 12 April 1961).

Perkembangan lain yang menarik ialah upaya organisasi masyarakat Tionghoa untuk menyelesaikan masalahnya. Awal Juni 1961, CHTCH Kota Bandung  menawarkan bantuan mengurus surat keterangan bagi warga negara RRC kalau ingin memilih menjadi warga negara RI atau sebaliknya melepas warga negara RRC . Mereka cukup datang ke Sekretariat CHTCH waktu di Kebonjati/19 (Pikiran Rakjat, 2 Juni 1961).

Perkembangan Kota April-Juni

Pada 27 Mei 1961 Pemkot Kota Bandung memerintahkan membongkar sekitar 7000 rumah liar.   Pembongkaran baru dimulai pada 31 Mei 1961 dengan melibatkan Kodim Kota Besar Bandung.   Dari jumlah itu sebanyak 45 rumah dibongkar sendiri oleh pemiliknya. Keberadaan rumah liar ini juga menunjukkan bahwa Pemkot sebetulnya mulai kewalahan menghadapi perubahan. Kota tumbuh nyaris tanpa perencanaan.  

Hery Hermawan, warga Buahbatu  hampir setiap hari melewati alun-alun kota Bandung.  Dia takjub alun-alun semakin ramai dengan pedagang makanan. Sayangnya, kehadiran pedagang malnan meninggalkan masalah sampah. Dia menulis pernyataan pada surat pembaca di Pikiran Rakjat, 1 April 1961.

Pernyataan itu ironi, ketika Bandung dinyatakan juara pertama kebersihan di antara 10 Ibu Kota Daerah Tingkat I di Indonesia, termasuk Jakarta.  Upacara penerimaan piala dilsngsungkan di Gubenuran pada Rabu 26 April 1961 dari Panitya Gubernur Kepala daerah Jakarta Dr Soemarno  kepada Wali Kota Bandung Prijatnakusumah dan dihadiri Pangdam V Siliwangi.

Kalau Bandung dinyatakan paling terbersih dengan masih adanya masalah sampah di sekitar alun-alun, bagaimana dengan 9 kota lain?   Namun waktu itu Pemerintah kota Bandung masih antusias bahwa kotanya merupakan kota yang layak.

Pemerintah Kabupaten Bandung sama optimisnya.  Dalam suatu pertemuan dengan pejabat pemerintah Kotapraja Bandung dan Provinsi Jawa Barat pada 8 Juni 1961, Bupati Bandung R Memed Ardiwilaga menyetujui usulan bahwa Sungai Citarum akan dijadikan obyek turisme. Berarti waktu itu Sungai Citarum bukan saja bersih tetapi mempunyai panorama indah.

Warga Bandung lainnya Roechijat, yang tinggal di Cicadas menghendaki bus Damri melewati kawasan Buahbatu untuk kelancaran perhubungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun