Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1958 (12) Masalah Hak Asasi Manusia dan Poligami dalam Sidang Konstituante, Pro dan Kontra Ide Demokrasi Terpimpin

1 Januari 2016   14:40 Diperbarui: 1 Januari 2016   14:50 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Soekarno dalam pidato kenegaraannya  pada 17 Agustus 1958 menyebutkan bila 1957 adalah “The Year of Decision”, maka 1958 adalah “A Year of Challenge” atau tahun penuh tantangan.  Bung Karno menyebutkan tantangan di sini datang dari DI/TII dan pemberontakan PRRI/Peresta, aksi jalan lain Irian Barat, serta kemungkinan pecahnya Perang Dunia ke III. Soekarno juga mengungkapkan  ada tantangan dari subversi dan intervensi asing.  Tantangan ketiga ialah keadaan liberalisme dan perlunya melaksanakan Demokrasi Terpimpin, serta penyerdehanaan kepartaian.  Dalam menghadapi  tantangan-tantangan ini kata Bung Karno kita tak boleh setengah hati dan harus berani sedikit main judi.

Reaksi  atas pidato Bung Karno datang dari sebuah partai kecil, yaitu Partai Acoma (Partai angkatan Komunis Muda).  Partai ini didirikan pada 1952 dan pandangannya lebih dekat dengan Partai Murba dan pandangan tokoh-tokohnya lebih dekat dengan Tan Malaka.   Dalam keterangan persnya mengenai pidtao Bung Karno, partai itu menyatakan  bahwa pidato itu seperti   menganjurkan merubah maklumat pemerintah 3 November 1945  yang sebetulnya sudah menolak liberalisme.  Yang bersalah sebetulnya pemerintah dan bukan partai-partai. 

Mantan Wakil Presiden Hatta  pada akhir 1958  juga menyatakan bahwa  dalam situasi seperti ini jangan bermain spekulasi.  Dia juga mengkhawatirkan adanya anggapan bahwa keuangan negara bisa diselamatkan  dengan mencetak uang terus-menerus.  Di mata  Hatta demokrasi terpimpin menghalangi sistem demokrasi sesungguhnya dan ke arah otoriter.  Sekalipun tujuan demokrasi terpimpin baik. Sejarah kemudian membuktikan bahwa keduanya kembali berbenturan, hanya saja Hatta lebih memlih mengalah kepada Soekarno.   

Irvan Sjafari

 

Sumber Surat Kabar : Pikiran Rakjat, 17 Juli 1958, 5 Agustus 1958,  7 Agustus 1958, 8 Agustus 1958, 13 Agustus 1958,   14 Agustus 1958,  15 Agustus 1958, 19 Agustus 1958, 22  Agustus 1958, 25  Agustus 1958, 8 September 1958

 

Buku dan literatur

 

Anwar, Rosihan, Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Volume 3,  Kompas Media Nusantara, 2009.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun