Mohon tunggu...
Juppa Haloho
Juppa Haloho Mohon Tunggu... Penulis - Penafsir Dua Dunia

Memahami kekinian dengan perspektif keakanan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kasih yang Lancung

13 Mei 2011   00:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sabtu, 16 April 2011, ketika berada disalah satu kota di Sumatera Utara, saya mengalami beberapa kisah seputar ujian nasional yang dilangsungkan mulai hari ini (18-21 April) di seluruh Indonesia. Peristiwa demi peristiwa saya alami. Tiap  peristiwa mengusik sanubari saya. Dari semua peristiwa saya menemukan peristiwa-peristiwa atas nama kasih. Namun kasih yang lancung.

Sitoha, guru mata pelajaran yang diujiankan, harus tinggal didaerahnya  dan on call dari atasannya jika soal ujian sudah tiba di daerahnya. Tanpa menceritakan bagaiman kronologi yang akan terjadi, dia mengatakan "kami 'kan guru yang mengasihi siswa/i kami, kami tidak menginginkan mereka mengalami kegagalan dalam UN 2011." Sebuah kasih yang lancung.

Itam, orang tua siswa kelas XII yang anakanya akan ujian hari ini, menyuruh anaknya untuk pulang kekampung karena mau berdoa bersama. Sebelum berdoa, Itam memberikan anaknya makan makanan enak yang secara adat mereka memberikan kepuasan jiwa dan kekuatan menghadapi ujian. Itam berpesan kepada anaknya "nak, kami sudah berjuang sebisa kami menyekolahkanmu sampai tingkat SMA. Kami sudah berjuang sekuat tenaga kami, kamu tahu bahwa kita tidak punya apa-apa. bapak dan ibu mu hanyalah seorang petani yang tamatan SMP yang untuk mengolah ladang harus meminjam kepada rentenir. Jadi, kami berpesan kepadamu, berjuanglah dan kerjakan ujianmu dengan baik. Jika ada kunci jawaban yang diberikan, pakailah itu, jangan mengeraskan hati, jangan sombong. Kami mengharapkan kamu bisa lulus SMA, minimal ada tamatan SMA dari keluarga kita." Sebuah kasih yang lancung.

Lihar, seorang siswa kelas XII, berjanji dengan teman-temannya satu genk untuk saling membantu dalam mengerjakan UN. "One for all, all for one" menjadi kode simbol mereka. sekalipun bingung karena UN memiliki lima kode soal, saya hanya mendengarkan perkataan-perkataan mereka "kita adalah saudara..., kita adalah sahabat..., solidaritas adalah semboyan kita..., tidak ada soal ujian yang tidak dijawab..., tidak ada kesombongan..., tidak ada kebisuan..., tidak ada menang sendiri..., ... kita saling mengasihi satu sama lain" dengan lantang. Kasih yang lancung.

Bagaimana menurut Anda sikap Ari yang merupakan salah satu siswa Sitoha, anak Itam, teman Lihar? Bukankah semua orang sekelilingnya mengasihi dia? Apakah yang akan dilakukannya?

Saya memprediksi bahwa hari ini ketika ia bangun pagi maka ia akan mengawali hari dengan berdoa. Dalam perjalanannya ke sekolah, ia akan mengingat kasih orang tua, guru, dan janjinya kepada teman-temannya. Dia mengingat perjuangan orang tua menyekolahkan dia, berjuang untuk kebutuhannya, dan harapan akan nama baik keluarga. Sekalipun tidak menyukai Sitoha, gurunya, ia akan mengingat janji beliau yang tidak akan membiarkan mereka menghadapi kegagalan UN yang sudah menyiapkan pensil dan buram serta penghapus untuk menlong mereka. Apalagi jika mengingat janji yang diucapkan dihadapan teman-temannya hari Sabtu lalu bahwa mereka adalah sahabat dan saudara yang saling mengasihi.

Setiba disekolah, Ari duduk sesuai meja dan nomor ujian. Dengan tenang, dia mengisi bio data di kertas jawaban. Dengan bertekad menyenangkan orang tua, sahabat, dan gurunya, Ari yang mendapat soal langsung membaca soal. Sembari membaca, Kertas Jawaban sudah terisi.

"darimanakah jawaban ini?" tanyanya dalam hati. "Tapi  apa urusanku, bukankah jawaban ini dapat menunjukkan kasihku pada semua orang disekitarku?" tukasnya dalam hati. Setelah mengisi jawaban, pasti Ari berseru "terima kasih guru dan sabahatku yang baik, terima kasih Tuhan untuk jawaban ini, kiranya orang tua ku merasakan kasihku."

Tidak ada orang yang tidak tahu mengasihi, penjahat sekalipun pasti tahu cara mengasihi. Setiap orang pasti mau memberikan yang terbaik kepada orang lain. setiap orang pasti menginginkan keberhasilan orang lain.

ketika mengasihi, semua orang melakukannya dalam keadaan sadar. setiap orang yang mengasihi pasti tahu dampak positif dan negatif yang dilakukannya. hanya orang yang tahu kebenaran akan apa yang dilakukannya. saya yakin Sitoha, Itam, Lihar, dan Ari tahu apa yang dilakukannya dan sadar bahwa itu adalah kecurangan. hanya karena atas nama kasih, kecuranganpun terjadi.

Mari cek kehidupan kita: adakah perbuatan kita lahir dari kasih yang murni atau kasih yang lancung?  temukan jawaban dan jangan lakukan hal itu lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun