Suatu hari, Cak pulang dari pasar, nampaknya begitu capek
terlihat dari raut wajahnya. Maklumlah dia sebagai tulang
punggung keluarga, bangun pagi berangkat kerja pulang
sore hari dan dilanjutkan kerja lembur di rumah sampai
larut malam. Sungguh terlalu!
Tak heran jika kerap kali bangun kesiangan. Karena pekerjaan
yang menuntutnya berkejaran dengan waktu dari hari ke hari.
Sebagai seorang pembuat alat-alat dapur yang dijual di pasar
membutuhkan keuletan ekstra, di jaman yang serba sulit ini.
Cak Dayat mempunyai seorang sahabat tetangga kampung
yang lama tak bertemu. Sahabat cak Dayat berprofesi sebagai
seorang pemandu "Karaoke" di Pujasera Rogonoto. Cak Dayat
biasa memanggilnya Cak Jum (Jumadi).
Tanpa sengaja di perempatan jalan kampung mereka berdua
bertemu, tegur sapa pun terjadi. Tuhan telah mengatur segala
sesuatunya sehingga mereka dapat bersilaturahmi walaupun
di jalalanan.
"Assalamu'alaikum" ucap Cak dayat pada sahabatnya Cak Jum.
"Waalaikumsalam" jawab cak Jum pada sohibnya itu.
"Ya opo kabare Cak Yat (Dayat) ente koyoke kok lesu sih" kata
Cak Jum sembari menyebulkan asap rokoknya.
"Aku kesel Cak Jum, tetangga mengatakan aku iki Pahlawan
kesiangan jarene, maksud e iku opo?"Â lantang ucap cak Dayat.
Mereka terdiam, ucapan cak Dayat mengganggu pikiran mereka
berdua hingga beberapa saat lamanya, bahkan langkah cak Jum
sempat terhenti sejenak.
Tiba-tiba cak Jum berkata sambil tersenyum, rupanya sejak tadi
cak Jum mencari jawaban atas pertanyaan cak Dayat tadi.Â
"Oalla cak...cak!, sampean diarani pahlawan kesiangan iku artine,
ente bangun tidur selalu terlambat alias kesiangan, wong-wong
podo ngenteni ndek pasar kate tuku barangmu, ngono lho Cak Yat."Â