Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Juara 2 Blog Competition Kemendikdasmen RI 2025 (Aspirasi Pendidikan Bermutu) | Juara Favorit Blog Competition Badan Bank Tanah 2025 (Badan Bank Tanah sebagai Instrumen untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat di Indonesia) | Salah Satu Pemenang Terpilih Lomba Menulis KPB 2025 (Siswa Nakal Dikirim ke Barak Militer) | Nomine Penulis Opini Terbaik Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Serakah Cuan, Nestapa Kemudian

24 Februari 2025   20:59 Diperbarui: 25 Februari 2025   18:02 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS/Lasti Kurnia 

Berinvestasi di pasar saham memang menggoda. Cuan berlipat sering kali membutakan logika. Semua bermula dari unggahan media sosial yang tampak meyakinkan, mendorong keputusan impulsif yang berujung penyesalan.

Desember 2024, saat sedang scroll di salah satu media sosial, saya menemukan sebuah akun yang mengulas tentang saham tertentu yang saat itu sedang naik gila-gilaan.

Tertarik dengan informasi tersebut, saya langsung mengecek riwayat harga saham dari waktu ke waktu. Ternyata benar, kenaikannya tidak main-main, sudah di luar nalar! Dari 143 rupiah pada Agustus 2024 melesat menjadi 1.815 rupiah hanya dalam waktu lima bulan, Desember 2024.

Tentu saja saya tergiur. Dengan kenaikan lebih dari 1.000 persen, atau setara 12,7 kali lipat dalam waktu singkat, siapa yang tidak kepincut? 

Saya pun mulai berandai-andai, jika saya membeli saham ini saat harganya masih 143 rupiah dengan modal satu juta rupiah, maka pada Desember, hanya dalam waktu lima bulan, nilai investasi saya bisa melonjak menjadi sekitar 12 juta rupiah.

Coba bayangkan, bapak-bapak mana yang tidak tergiur dengan hipotesis se-cuan itu? Tidak mau ketinggalan momentum, saya pun langsung gas membeli saham tersebut. Namun, ternyata kisah ini tidak seindah yang dibayangkan.

Jangan FOMO!

Kalau ini adalah sebuah sinema elektronik yang sering tampil di layar kaca, mungkin judul yang paling pas adalah "Serakah Cuan, Nestapa Kemudian." 

Saat itu, saya memang tergiur cuan luar biasa. Bagaimana tidak? Dalam waktu hanya lima bulan, saham ini naik lebih dari 1.000 persen! Sisi serakah saya berbisik, "Udah gas aja, nunggu apa lagi?"

Namun, ternyata hanya selang sehari setelah saya membeli saham tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) malah mensuspensi perdagangannya. Nahas, baru pada 19 Februari suspensi itu dibuka kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun