Mohon tunggu...
junior putro
junior putro Mohon Tunggu... Content Marketer, Music and Movie Reviewer

Menulis di kala santai. Berbagi info untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Music

Tiket Menuju Jeratan: Rock n Roll, Pinjol, dan Generasi yang Haus Euforia

30 Juli 2025   16:05 Diperbarui: 30 Juli 2025   13:20 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Sejatinya, konser musik bukan hal baru di Indonesia. Tapi yang terjadi sekarang terasa berbeda. 

Ini seperti kebangkitan kembali rock dan pop di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Bayangkan saja, dalam dua tahun Indonesia kedatangan musisi-musisi besar yang dulu hanya bisa kamu tonton lewat YouTube: Coldplay, Bruno Mars, Muse, Smashing Pumpkins, hingga Foo Fighters.

Tapi tentu saja, kemewahan ada harganya. Tiket konser internasional bisa memakan hingga sepertiga gaji UMR Jakarta. Belum pajak,biaya admin, ongkos transportasi dan suvenir yang wajib dibeli sebagai bentuk "legalisir" yang  kalcer. Kadang, harga terasa tidak masuk akal, tapi tetap dibayar juga. Karena yang dibeli bukan cuma tiket, tapi juga pengalaman. Identitas.

Inilah sebabnya pinjol tumbuh subur. Deputi Komisioner OJK bahkan menyebut konser Coldplay sebagai contoh perubahan perilaku. Anak muda sekarang lebih memilih pengalaman langsung, meskipun harus menggadaikan masa depannya.

Ironisnya, survei menunjukkan sebagian Gen Z sebenarnya sudah berusaha menabung untuk hiburan. Tapi ketika momen konser datang lebih cepat dari isi tabungan, mentalitas "ya sudah, utang dulu" mengambil alih. Ketika rebutan tiket dimulai dan uang belum cukup, tombol paylater terasa seperti penyelamat, bukan peringatan.

Dan konser demi konser terus berdatangan. Dalam dua bulan ke depan saja, Jakarta akan menjadi rumah bagi Muse, Foo Fighters, dan Smashing Pumpkins. Tiket termurah mulai dari dua jutaan, belum tambahan lainnya. Fans garis keras bisa saja menghabiskan lebih dari Rp6 juta hanya untuk tiga malam. Sementara gaji tetap stagnan, atau masih bergantung pada orang tua.

Pinjol jadi semacam perban untuk luka finansial yang sudah lama terbuka.

***

Tapi luka, kalau dibiarkan, bisa infeksi. Di balik euforia konser, ada krisis yang mendidih pelan-pelan. Kredit macet anak muda di pinjol sudah mencapai Rp667 miliar per April lalu. Mereka terjebak bunga tinggi, denda menumpuk, dan tekanan mental yang tak terlihat.

Kamu bisa bayangkan seperti apa hidup seseorang yang tiap pagi dicegat notifikasi tagihan, tiap malam dihantui suara debt collector? Yang awalnya hanya ingin tampil keren, kini harus merapikan kembali hidup dengan kepala yang penuh kecemasan. Ini bukan lagi sekadar soal keuangan. Ini menyentuh kesehatan mental, kestabilan emosi, bahkan masa depan karier.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun